Persiapan NMCC Delegasi Peradilan Semu Nasional FH UTM









VOL-FH, Komunitas Mahasiswa Peradilan Semu (KOMMPAS) Fakultas Hukum hari ini (11/10) adakan persiapan National Moot Court Competition Anti Money Loundering V Universitas Trisakti. Acara yang berlangsung di Laboratorium Sosial tersebut dimuai dengan latihan sidang penyisihan dan dilanjut doa bersama sebagai bentuk dukungan dari seluruh mahasiswa.

Seleksi dan Latihan Ketat untuk Delegasi Nasional
National Moot Court Competition (NMCC) merupakan ajang kompetisi mahasiswa peradilan semu tingkat nasioal yang berhak diikuti seluruh kampus di Indonesia. Firdaus selaku Ketua Delegasi FH-UTM menuturkan bahwa untuk mengikuti kompetisi ini, KOMMPAS telah melakukan persiapan sidang sejak Maret. “Tim Delegasi yang mengikuti kompetisi ini telah diseleksi dengan ketat untuk mencari siapa yang pantas dan memiliki kemampuan mengikuti kompetisi,” ujarnya saat ditemui pada acara tersebut.

 “Lewat proses seleksi, akhirnya dipilih 16 orang terbaik untuk mengikuti kompetisi tingkat nasional ini. Persiapan dimulai dengan bedah posisi kasus (poskas) sejak Februari,” tambah Firdaus

Firdaus menerapkan peraturan ketat pada para anggotanya. Ia mengatakan bahwa untuk melakukan bedah poskas, tim melaksanakannya mulai pukul 09.00 – 16.00, kemudian dilanjut pukul 19.15 – 22.00, dan bila diperlukan hingga pukul 04.00. "Ini semua kami lakukan agar memperoleh hasil yang maksimal,” tuturnya

Saat latihan sidang, Firdaus juga menerapkan hal yang sama. Latihan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari. “Latihan sidang kita lakukan pagi, siang, dan malam bila sedang libur kuliah. Jika masuk kuliah, latihan hanya dilaksanakan malam hari saja.”

Firdaus mengatakan mental anggotanya digembleng habis-habisan dengan tujuan agar anggotanya memiliki mental baja. Anggota tidak diperkenankan pulang sejak awal pemberkasan hingga kompetisi berakhir, yaitu dari Mei sampai November. Namun, ia memberikan pengecualian pada anggota yang memiliki urusan mendesak dan tidak bisa ditinggal.

“Untuk melatih kedisiplinan, kita menerapkan denda pada anggota yang datang terlambat saat latihan. Dari denda tersebut, kita bisa mendapat hingga ratusan ribu,” ujar Firdaus.

Berkas untuk tahap pertama, yaitu sidang penyisihan NMCC Anti Money Loundering sudah selesai dan dikirim ke Jakarta. Sedangkan berkas kedua tentang Pradilan Militer akan dibawa saat keberangkatan peserta delegasi, yaitu pada 1 November 2018. Berdasar runtutan acara, Sidang kompetisi akan dilaksanakan di Pengadilan Jakarta.




Keluhan Fasilitas hingga Minim Suport

Selama proses latihan, Firdaus dan anggotanya mengeluhkan fasilitas latihan yang belum memadahi. “Meskipun fasilitas yang ada di ruang sidang sudah lengkap, tapi tidak ada layar proyektor dan ruangannya dirasa kurang luas,” ujarnya.

Air Conditioner (AC) juga pernah menjadi satu masalah yang fatal. Firdaus merasa AC di ruang sidang kurang optimal. Terbukti dengan adanya salah satu anggota delegasi yang asmanya kambuh pada saat pemberkasan. "Tapi sekarang ahamdulillah ruang sidang  utama sudah di renovasi,” tuturnya.

Saat ditanya mengenai anggaran, Firdaus mengatakan terdapat problem di Fakultas. “Belum tahu pasti dana yang didapat dan dikeluarkan dalam kompetisi ini,” ujarnya.

Firdaus berharap, NMCC berikutnya tidak hanya diikuti satu tim delegasi saja. “Semoga bisa mengirim lebih dari satu tim delegasi bila tidak terkendala masalah dana.”

Hal tersebut ia ungkapkan dengan alasan berkaca dari Universitas Brawijaya yang mengirim empat delegasi dalam kompetisi nasional, bahkan ditambah satu delegasi dalam kompetisi se-Asia Tenggara. Selain masih terbatasnya anggaran dan delegasi, Firdaus juga mengeluhkan minimnya dukungan dari Fakultas Hukum sendiri terkait kompetisi peradilan semu. “Kami merasa jika fakultas kurang men-suport kegiatan ini, karena tidak ada pembimbing yang membimbing pemberkasan maupun latihan persidangan," tutupnya.(Ren/Wan)