Kau Pilih Jadi Rahwana Atau Rama


Sumber: Biantara.com

Saat semua pemuda berlomba-lomba manjadi "Rangga" untuk menaklukkan hati seorang "Cinta". Itu adalah anggapan mereka bahwa cinta itu romantis, dengan kata-kata dan rayuan gombal yang hanya omong kosong. Mereka dengan sekejap bak seorang penyair dengan segala kalimat romantisnya. Romantis bagi mereka yang hanya segera sampai dengan sempurna pada tujuan. Terlalu mudah mengatakan kata-kata manis yang berimbas tragis.

Heyyyyy kalian para pemuda masa kini. Coba lihat kebelakang saat sastra lama dengan cerita Ramayana, menceritakan tentang sebuah cinta yang sebenarnya. Iyaaa itu cinta yang sebenarnya, harus menaiki tangga demi tangga untuk menuju lantai-lantai selanjutnya.

Wahai para pemuda hilangkan pemikiranmu tentang Arjuna yang mencari cinta. Tapi lihatlah  bagaimana Rrahwana menghormati dan menghargai cinta. Seperti itulah yang dilakukan Rahwana kepada Sinta, seorang wanita yang dikaguminya.

Ketika Sinta, Rama dan Laksmana menjalani pembuangan di hutan karena ibu tirinya mengarang cerita agar anaknya Barata bisa menjadi raja menggantikan Rama. Didalam hutan Rama mengusir semua raksasa yang menggangu warga sekitar. Kemudian muncul Supanaka, adik dari Rahwana. Ya seperti itulah sifat Kakak beradik memang tidak jauh berbeda. Supanaka mengganggu Rama rarena tertarik pada ketampanannya. Dia menggoda dan menggangu Rama, dan membuat Rama marah, kemudian Rama menebas hidungnya sampai putus. Supanaka kemudian melaporkan hal itu pada Rahwana.

Rahwana marah, dan mengatur siasat untuk menculik Sinta karena ingin balas dendam atas perlakuan Rama kepada adiknya. Dalam cerita inilah, ketika Rahwana menculik Sinta. Rahwana dianggap sebagai seorang penjahat kelas kakap.

Tapi bagiku hal itu adalah halal. Paling romantis, ketika seorang raksasa yang mencintai Dewi Setyawati yaitu istri Rahwana yang telah meninggal. Ya, memang romantis mencintai jiwa seorang wanita meski raga tak sama. Itulah Rahwana yang cintanya tidak pernah padam pada istrinya.

Setelah berhasil menculik Sinta, Rahwana pun membawanya ke istananya yang amat megah, semegah istana kepresidenan. Mungkin ada banyak tiang, banyak pintu, banyak bunga, entahlah.

Selama dalam istananya Rahwana tidak pernah melakukan perbuatan yang aneh-aneh kepada Sinta. Bagaimana mungkin Rahwana melakukan hal sekeji itu, menyentuhnya pun Rahwana tak berani.
"Penakut sekali kau Rahwana".
"Aku tidak penakut, aku hanya menghormati wanita yang aku cintai".
"Siapp bosss, itulah jawaban yang aku tunggu darimu".

Setiap hari Rahwana mendatangi Sinta dengan berbagai pujian, nyanyian, syair, puisi, bacaan Yasin dan lain sebagainya. Dia selalu meminta maaf Karena telah menculik Sinta, semua di lakukan agar Sinta mau menjadi permaisuri di istananya. Namun Sinta selalu menolak.

Kasihan sekali kau Rahwana. Tapi percayalah apa yang datang dari hati pasti sampai ke hati. Itulah Rahwana, sekejam apapun dirinya, ketulusan cintanya perlahan di rasakan oleh sinta.
Sinta mulai tergoda, namun di sisi lain Sinta tidak mau mengkhianati suaminya.
"Ayolah Sinta, terima saja Diriku" Rayu Rahwana.
"Tidak, aku tidak mau mengkhianati Rama" Tolak Sinta.
"Kamu pasti akan menyesal, karena sejatinya cinta Rahwana lebih besar daripada Rama". Meyakinkan Sinta.

Hampir tiga tahun lamanya Rama tidak kunjung datang menjemput Sinta, dalam hatinya bertanya, "Mengapa Rama tidak kunjung menjemputku?" Apakah Rama memang sudah tidak mencintai Sinta lagi seperti dulu?.

Rahwana dan Sinta saling bertatapan, dalam hati mereka saling berbicara.

"Tidakkah, kau juga mencintaiku Sinta?” Tanya Rahwana.
Tidakkah kau mengingatku walau sedikit saja, sebagai pria yang pernah kau cintai Sampai mati". Tanya Rahwana yntuk meyakinkan
"Rahwana, aku sebenarnya mencintaimu. Namun apalah dayaku yang sudah terikat dengan rama, jika engkau mencintaiku maka relakan aku dan kembalikanlah aku pada Rama." Keluh Sinta.

Pikiran Rahwana bergejolak, terjadi peperangan antara otak kanan dan otak kiri.  Hatinya menjadi penengah, "Haruskah aku menuruti perkataan Sinta?" Kata-kata Sinta bagaikan sebuah sihir yang mengharuskan Rahwana mengikuti perkataan itu. Sebab, selama hidupnya kata-kata itulah yang di nanti.
"Jika itu maumu, aku akan bertarung satu lawan satu dengan Rama, sebagai seorang Ksatria, jika Rama bisa mengalahkanku maka akan ku kembalikan engkau pada Rama” Tantang Rahwana pada Rama.

Pertarungan pun terjadi, meskipun bagiku ini bukan pertandingan satu lawan satu sebagai Ksatria, Rama yang meminta bantuan Hanoman pun pasti menang melawan Rahwana yang hanya seorang diri, Rahwana pun terbunuh di tangan Rama dan Hanoman. "Kamu memang seorang ksatria wahai Rahwana." Puiji Rama.

Sinta pun kembali ke pelukan Rama, namun apakah yang didapat ? Rama justru curiga padanya. Rahwana dengan seenaknya membuat argumen sendiri bahwa Sinta telah dinodai oleh Rahwana. "Rahwana tidak sebejat itu wahai Rama, yang katanya ksatria." Penjelsan Sinta dengan berteriak.

Berkali-kali Sinta mengatakan, dengan berbagai penjelasan, berbagai bahasa, berbagai Istilah, tapi Rama masih tidak percaya sedikutpun pada Sinta. Hingga akhirnya Sinta nekat membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api,  karena Sinta masih suci api pun tidak bisa membunuhnya. Barulah Rama mau menerima Sinta.

Sukma Rahwana yang melihat kejadian itu menangis sejadi-jadinya karena mengapa takdir tidak memilihnya.

"Wahai takdir, mengapa engkau tidak memilihku?" teriak Rahwana.
Mengapa pula Sinta mau memilih dan menerima pria yang tidak mempercayainya sepenuhnya. Tapi bagi Rahwana Sinta ternoda atau tidak, Rahwana tetap mencintainya.
"Aku Rahwana, meskipun julukanku sebagai Dasamukha atau seorang yang berkepala sepuluh, tapi aku hanya mencintai satu wanita. Sedangkan kalian yang hanya mempunyai satu kepala, tapi didalamnya ada sepuluh wanita". Rahwana mempertegas pribadinya.

Di bawah pohon rindang, Sinta tersedu pilu menangisi kepergian Rahwana, yang sudah tidak ada di dunia yang di tempatinya lagi. "Sinta, kini kau menyesal, karena kau telah kehilangan sosok yang mencintaimu tanpa tapi." Tutup pohon rindang yang berbicara.


Oleh : M Rendi Sulistiyo

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post