OPTIMALISASI PERPADUAN MUSIK MODERN DENGAN TRADISIONAL SEBAGAI CULTURAL EDUCATION NONFORMAL PADA GENERASI MUDA MELALUI ISIS (IKATAN SENI MUSIK INDONESIA)


Indonesia merupakan suatu negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa serta bahasa yang semuanya terbangun dengan adanya perbedaan kebudayaan dan cikal bakal sejarah yang berbeda-beda antar suku bangsa. Kemajemukan bangsa indonesia saat ini mengalami berbagai tantangan dengan adanya era globalisasi yang mampu mengubah pola pikir masyarakat tradisional menuju era modern sehingga kebudayaan lokal secara perlahan-lahan mulai ditinggalkan. Munculnya kebudayaan-kebudayaan baru ke wilayah indonesia harus di sikapi dengan hati-hati, dengan memilah dan memilih budaya baru yang berdampak positif dan sesuai dengan nilai kultur budaya bangsa. 

Musik tradisional merupakan bagian dari kebudayaan. Musik tradisional memiliki esensi yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat daerah karena musik sudah menjadi bagian dari tingkah laku dan budaya kehidupan. Keberadaannya sebagai bagian dari budaya tidak hanya menjadi tontonan saja, namun juga mampu menyampaikan pesan moral dalam menata tatanan kehidupan masyarakat.  Di dalam musik tradisional juga terkandung nilai-nilai religious sesuai dengan adat dan kepercayaan di daerah tersebut, seperti yang disebutkan oleh sandi (2017) bahwa kebanyakan upacara besar yang dilaksanakan masyarakat Melayu Sambas disertai dengan penampilan musik, satu diantaranya adalah musik dalam Ritual Besiak. Nilai-nilai spiritual agama serta falsafah hidup yang baik ini menjadi pembangun karakter bangsa indonesia baik secara individu maupun kelompok.

Melihat keadaan saat ini musik tradisional mulai  secara perlahan-lahan dilupakan oleh generasi muda. Hal ini nampak pada kebiasaan generasi muda sekarang,  yang lebih suka belajar dan menggunakan alat-alat modern seperti gitar, drum atau piano, serta melupakan alat-alat musik tradisional daerah. kenapa hal ini bisa terjadi? Menurut seorang guru di SDIT-SYARIF AR RASYID dalam artikel Belia (2017), beliau mengatakan bahwa “Menurut saya, sekarang ini perkembangan musik tradisional di kalangan remaja sangat minim ya!. Banyak faktor yang memengaruhi, salah satunya karena musik tradisional ini sangat monoton bagi sebagian orang. Terus untuk alat musiknya sendiri kan mahal. Jadi hal ini yang buat minimnya perkembangan musik tradisional”. Dalam hal ini, gerakan inovasi serta trobosan baru sangat urgent dilakukan guna menjaga stabilitas kesenian musik tradisional dalam menghadapi perkembangan zaman saat ini.

Kolaborasi antara musik modern dan tradisional merupakan salah satu cara inovasi untuk memperkenalkan alat musik tradisional dan budaya pada generasi muda. Sebagai contoh pemusik Viky Sianipar mampu mengkolaborasi musik tradisional batak dengan musik modern. Di dalam karyanya sering terdengar perpaduan suara yang apik antara musik tradisonal hacapi (dari batak) dengan alat musik modern seperti gitar, dan drum (Nawi purba, 2017). Dengan melalui perpaduan musik ini terbukti lebih mudah dapat diterima oleh generasi muda saat ini. 

Kolaborasi musik ternyata tidak hanya terjadi pada era modern saat ini, namun sudah pernah dilakukan masyarakat jawa di era 1970-an dengan nama yang berbeda yaitu campursari. Campursari merupakan salah satu kesenian Jawa dari perkawinan antara musik modern dan musik etnik, musik ini berangkat dari musik gamelan atau karawitan Jawa yang dipadu dengan musik diatonis yang telah terjelma dalam musik populer Indonesia, utamanya langgam dan dangdut, namun musik ini masih didominasi oleh unsur-unsur kebudayaan yang tinggi sehingga belum mampu menyesuaikan dengan era modern yang perubahannya sangat cepat (Mohamad Fajrin Kobi, 2019).  Keberadaan musik ini menjadi aset budaya bagi bangsa indonesia, namun pada perkembangannya mengalami kemunduran seiring majunya musik-musik modern 

Kehadiran musik tradisional yang dapat disinergikan bersama dengan musik modern dapat menghasilkan sebuah karya yang menarik. Karya yang dihasilkan ini dapat diterima dan dinikmati oleh semua orang, khususnya generasi muda. Dengan melalui hal yang mudah disukai  musik tradisional dapat di sampaikan pada generasi muda dengan lebih mudah. 

Pada perkembangan saat ini perpaduan alat musik menjadi suatu hal yang menarik bagi masyarakat umum, khususnya generasi muda karena perpaduan irama-irama dan nada-nada unik mampu memikat pendengar. Namun dibalik kepopulerannya inovasi ini hanya menjadi tontonan publik saja, belum adanya maksimal dalam melakukan pembinaan pada generasi muda dalam mengenal lebih jauh tentang alat-alat musik tradisional yang dimaikan. Perkumpulan ini umumnya hanya melakukan pementasan dan mengenalkan hasil dari perpaduan musik yang diciptakan, sehingga menghilangkan esensi dalam pementasan musik tradisional yang sesungguhnya yaitu sebagai cultural education. 

Perkumpulan ini umumnya melakukan pementasan dan pengenalan hanya dalam lingkup tempat tertentu dan perkotan saja sehingga peran dalam mengenalkan pada generasi muda perlu kiranya dioptimalkan guna memberikan peran baik dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada generasi muda di era globalisasi ini. 

Perkembangan sampai saat ini perpaduan antara musik modern dengan tradisional mampu menjadi daya tarik tersediri bagi generasi muda, namun dalam implementasinya penting adanya optimalisasi sehingga nilai-nilai kebudayaan dapat tersalurkan dengan lebih baik. Dalam hal ini penulis memiliki gagasan dan solusi dalam pengoptimalan perpaduan antara musik tradisional dan modern sebagai cultural education yaitu melalui ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia). 

ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia) merupakan suatu komunitas kemahasiswaan yang bergerak dibidang seni musik yang bertujuan untuk mengoptimalkan perpaduan antara musik modern dengan tradisional sebagai cultural education nonformal pada generasi muda. Sebuah komunitas ini nantinya akan bergerak langsung terhadap generasi muda melalui media pengenalan, pembinaan serta pemberdayaan tidak hanya di kota namun juga di daerah-daerah. 

Konsep kerja dari ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia)  ini adalah:

a.       Pertama, komunitas ini menjalin sinergitas dengan kepala desa, menjalin sinergitas dengan kepala desa disini bertujuan dalam rangka proses perizinan guna pengenalan dan pembinaan dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga menjalin sinergitas dengan organisasi-organisasi desa seperti karangtaruna. Secara singkat karangtaruna merupakan organisasi sosial masyarakat yang bertujuan dalam pengembangan masyarakat diwilayah desa atau kelurahan, berdasarkan hal itu penting menjalin sinergitas dengan karangtaruna guna mendapat kemudahan dalam menjalin interaksi terhadap masyarakat, khususnya generasi muda.

b.      Kedua, dalam penyampaian pada generasi muda  komunitas ini melakukan pendekatan melalui musik modern yang dihasilkan dari perpaduan alat-alat musik tradisional dan modern. Musik yang dibawakan dalam pementasan disesuaikan dengan musik terbaru yang menjadi trend generasi muda saat ini. Sasaran komunitas ini adalah generasi muda, namun tidak menutup diri apabila ada anak-anak, orang dewasa ataupun semua kalangan dalam masyarakat yang ingin mengetahui lebih tau tentang alat musik tradisional.

c.       Ketiga, dalam proses pengenalan pada generasi muda komunitas ini memiliki 3 program yaitu mingguan, bulanan dan tahunan. Program mingguan komunitas ini yaitu pengenalan melalui acara car free day disetiap hari minggu pagi yang umumnya banyak dihadiri oleh generasi muda. Program bulanan komunitas ini yaitu menghampiri desa-desa sekitar sehingga dapat langsung mengenalkan kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Program tahunan komunitas ini yaitu memperkenalkan melalui acara hari-hari nasional seperti   hari 17 agustus, dalam hal ini dapat menjalin sinergitas dengan desa-desa dalam memeriahkan hari nasional tersebut.  

Menurut Hendro Puspito dalam artikel parta ibeng (2020), beliau mengatakan bahwa komunitas merupakan suatu kelompok sosial atau juga kumpulan nyata, teratur, serta tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-peran yaitu dengan secara berkaitan untuk dapat mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hal tersebut penulis mengusulkan gagasan membentuk suatu komunitas bernama ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia) sebagai salah satu solusi dalam mempertahankan kearifan lokal di tegah-tegah modernisasi.

Komunitas ini memiliki beberapa divisi agar tujuan dari komunitas dapat berjalan dengan baik. Komunitas ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia) memiliki 4 divisi yaitu divisi pengembangan sumber daya manusia, divisi hubungan masyarakat, divisi informasi dan komunikasi serta  divisi evaluasi internal. Tugas dan fungsi dari divinisi ini sebagai berikut:

a.       Divisi pengembangan sumber daya manusia bertugas sebagai perancang atau pembuat kreasi serta inovasi mengenai metode pembelajaran yang mudah diterima generasi muda maupun masyarakat dan mencari hal-hal yang menjadi daya tarik bagi generasi muda sehingga bisa mengoptimal media pembelajaran dengan baik. Fungsi komunitas ini sebagai media proses pengembangan bagi generasi muda dan masyarakat dalam mengenal alat-alat musik tradisional.

b.      Divinisi humas bertugas meningkatkan dukungan, relasi serta kerjasama tim. Fungsi divisi ini sebagai penjaga hubungan antara individu yang satu dengan yang lain dalam suatu kelompok serta sebagai penjalin hubungan dengan kepala desa serta masyarakat.

c.       Divinisi informasi dan komunikasi bertugas sebagai pemberi informasi  seputar kegiatan, mengenalkan komunitas melalui media oline serta hal-hal yang berhubungan dengan komunitas. Fungsi divisi ini ialah sebagai gudang informasi sehingga memudahkan generasi muda atau masyarakat dalam mengenal lebih jauh komunitas serta sebagai pengingat bagi setiap anggota komunitas tentang kegiatan yang akan diselenggarakan. 

d.      Divinisi evaluasi internal betugas sebagai mengadakan kegiatan evaluasi rutin 2 minggu sekali, mencari kekurangan-kekurangan dalam setiap kegiatan serta perancang hal-hal yang perlu dibenahi dalam kumunitas. Fungsi divisi ini ialah sebagai pengontrol dalam komunitas sehingga komunitas dapat berjalan dengan baik,  kekurangan-kekurangan dapat diminimalisir serta kegiatan dapat terprogram berkelanjutan dengan baik.

Fungsi dan manfaat dari ISIS adalah sebagai sarana dalam mengoptimalkan perpaduan antara alat-alat musik tradisional dengan alat musik modern sebagai pendidikan kebudayaan (culture education) nonformal tehadap generasi muda. Optimalisasi sebagai pendidikan kebudayaan disini bermaksud tidak hanya sebagai sarana hiburan semata, namun aktif dalam memberikan pembinaan terhadap masyarakat pada umumnya serta generasi muda pada khususnya dalam menanamkan sikap dan karakter baik terhadap generasi muda bangsa serta mengenal lebih jauh tentang nama-nama dan cara-cara penggunakan alat-alat musik tradisional dan juga menumbuhkan rasa cinta pada generasi muda terhadap kearifan lokal budaya indonesia. Selain itu komunitas ini juga tidak hanya aktif dalam memberikan pengenalan dan pembinaan di sekitar kawasan perkotaan saja, namun juga turun langsung pada daerah pedesaan.

Analisis luar program diperoleh data sebagai berikut :

a.       Strength (Kekuatan) : Rancangan program dari komunitas ini dilakukan dengan pendekatan melalui musik modern yang di gemari generasi muda saat ini. Komunitas ini juga bukan sekedar media tontonan saja, namun memberikan pengenalan dan pembibingan pada generasi muda untuk lebih mengenal kesenian budaya indonsia, serta turun langsung pada daerah-daerah dan tempat publik lainnya.

b.      Weakness (Kelemahan) : Dalam menjalin sinergitas terhadap kepala desa masih belum bisa dikatakan mudah, karena masih adanya proses-proses yang harus di lalui sebelum turun ke setiap daerah.

c.       Opportunities (Peluang) : Dengan adanya optimalisasi tersebut dapat mempermudah dalam mengetahui lebih jauh mengenai alat-alat musik tradisional serta terencana program sehingga dapat betul tersampaikan dengan baik pada generasi muda serta masyarakat umum. Saat ini memang banyak media pengenalan interaktif, namun masih jarang yang turun langsung kedaerah-daerah. Melihat banyaknya generasi muda yang belum mengenal alat-alat musik tradisional  baiknya diberikan pengoptimalan guna kesenian daerah tidak hilang seiring perkembangan zaman.

d.      Threats (Ancaman) :  Masih kurangnya kepercayaan dari publik terhadap komunitas sehingga memepersulit proses pengenalan terhadap generasi muda dan masyarakat, serta rendahnya kesadaran generasi muda tentang pentingnya melestarikan alat-alat musik tradisional.

Melihat dari pada pendapat diatas tentu optimalisasi itu sangat di perlukan karena dengan adanya optimalisasi ini diharapkan mampu memaksimalkan alat-alat musik tradisional sebagai pendidikan kebudayaan (culture education), dalam arti sebagai penanaman sikap serta karakter baik terhadap generasi muda bangsa, serta dalam rangka menjaga eksistensi dan stabilitas nilai-nilai kebudayaan dan juga menumbuhkan rasa kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya dan kearifan lokal di indonesia.

Pemaparan yang telah disampaikan secara lengkap mengenai ISIS (Ikatan Seni Musik Indonesia) dan berbagai kegiatannya terutama optimalisasi dalam bidang kebudayaan secara langsung pada generasi muda guna membentuk sikap serta karakter generasi muda dalam menumbuhkan rasa cinta tanah air dan mampu berkontribusi tehadap lingkungan disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sandi, Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Dalamritual Besiak Pada Upacara Antar Ajong Di Paloh, Jurnal Seni, 2017.

Belia, 2017. Punahnya Musik Tradisional [Online] http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2017/02/19/284222/punahnya_musik_tradisional/

Purba, Nawi, 2017. Catatan Singkat, Musik Tradisional dan Modern [Online] https://medanheadlines.com/2017/04/17/catatan-singkat-musik-tradisional-dan-modern/

Kobi, Mohamad Fajrin, Konstruksi Musik Tradisi Baru Dalam Perspektif Budaya Populer(Studi Kasus Festival Musik Tembi Yogyakarta), Jurnal Seni, 2019.

Suwardi dan syarifudin, Peran Ganda Istri Komunitas Petani, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Volume III No. 1 Mei 2015.

Oleh: Khairil Anam

Ol

Comments