Saresehan Budaya Hukum Melihat Hukum dari Perspektif Budaya







VOL FH UTM - Salah satu dari rangkaian acara Diesnatalis Fakultas Hukum ke-37 yaitu digelarlah Saresehan Budaya dan Hukum dengan mengambil tema Sinergitas Pemerintah, Masyarakat, Budayawan, dan Akademisi dalam Penegakkan Hukum di Madura. Saresehan diadakan pada Selasa, (24/10) bertempat di Gedung Rektorat Lantai 5 ruang 502.

Acara yang seharusnya dimulai pukul 08.00 WIB molor sehingga baru dapat dimulai pukul 09.30 WIB disebabkan harus menunggu kedatangan pemateri. Saresehan Hukum dan Budaya ini tidak hanya dikhususkan bagi mahasiswa fakultas hukum saja, tetapi mahasiswa luar fakultas hukum dapat turut serta seperti dari Prodi Ilmu Kelautan dan Hukum Bisnis Syariah yang telah hadir.

Acara ini dibuka langsung oleh Muhammad Syarif selaku Rektor Universitas Trunojoyo Madura. Serta dihadiri oleh wakil Rektor III Bidang Kemahalan,  Dekan Fakultas Hukum dan jajarannya. Tujuan diadakannya Saresehan ini selain sebagai rangkaian acara Diesnatalis Fakultas Hukum ke-37 juga ingin melihat hukum dari perspektif yang berbeda.  "Kita ingin mensinergikan antara peran dari pemerintah, budayawan dan akademis dalam penegakan hukum, karena jika suatu sistem ingin berjalan maka substansi, struktur dan budaya harus beriringan,” tutur Helmy Boeymiya selaku ketua pelaksana dalam acara sarasehan budaya ini.

Saresehan ini menghadirkan pemateri K. HD. Zawawi imron seorang budayawan, Bupati Bangkalan  yang mewakili Bupati Bangkalan R.A Latif Amin Imron namun diwakili asistennya dan Saiful Abdullah dosen FH UTM . Namun acara Saresehan ini hanya menyediakan kuota 90 peserta dan akhirnya peserta membludak sehingga sebagian tidak diizinkan masuk. “Penyebab membludaknya peserta ada kesalahan komunikasi antar panitia takut kurang peserta salah satu dosen mewajibkan mahasiswanya untuk menggikuti Saresehan ini,” imbuhnya helmy boeymiya disela sela wawancara bersama kru VOL. “Anggaran yang dipakai sebesar Rp 4.650.000. Adapun kendala yang dihadapi yaitu pembagian waktu dan kepanitiaan karena banyaknya deretan acara dari Dies Natalis itu sendiri,” tambahnya.

Dalam penyampaian nya K.H Zawawi Imron melihat hukum dari kaca mata budaya. “Tujuan hukum bisa tercapai apabila bisa membuat tersenyum masyarakat kecil. Namun faktanya orang yang banyak ilmu kebanyakan tidak integral dalam penerapannya, karena nyatanya banyak yang intelektual terjerat hukum, malah yang kecil tak menyentuh hukum” tutur K.H Zawawi Imron.

Sedangkan dari  perspektif Saiful Abdullah selaku akademisi mencapai suatu perbaikan hukum membutuhkan koordinasi dan cara dalam rangka penegakan hukum. “Perlu cara untuk pencapaian perbaikan tersebut yaitu dengan cara menerapkan substansi, struktur hukum dan budaya hukum dalam suatu wilayah,” tutur Saiful Abdullah

Salah satu peserta mengharapkan acara seperti tidak hanya dapat  bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Hukum sendiri namun juga mahasiswa dari fakultas yang lain. “Semoga acara ini berguna bagi mahasiswa fakultas hukum sendiri, tapi mahasiswa dari fakultas lain pun bisa menikmati ilmu dan pengetahuan dari acara ini," tutup Naya mahasiswa Fakultas Keislaman. (erk/wul)