Membangkitkan DNA Kritis Mahasiswa Oleh Rocky Gerung

       
    VOICE - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (BEM FH UTM) hadirkan seorang tokoh filsafat Rocky Gerung, dalam acara Seminar Nasional dengan tema “Merawat Indonesia dengan Pola Pikir Kritis Sebagai Bagian dari DNA Mahasiswa” di Gedung Rektorat Lantai 10 pada Jum’at, (30/08).

Tidak hanya itu saja, Badrut Tamam selaku Bupati Pamekasan dengan didampingi oleh Safi' seorang Akademisi Hukum, juga menjadi pemateri di seminar kali ini. Acara ini dibuka oleh Mukhlis, selaku wakil dekan III FH UTM. Ia berharap dengan adanya seminar ini agar dapat meningkatkan nilai-nilai kritis dalam bingkai morality dan agama, “supaya mampu membangkitkan mahasiswa lebih kritis dan menghasilkan prestasi yang luar biasa,” ungkapnya.

Heri Fathumulloh selaku ketua pelaksana juga menerangkan bahwa Indonesia sedang dalam banyak masalah, “salah satunya hutang Indonesia semakin meningkat dan juga dalam sistem hukum Indonesia saat ini tumpul ke atas dan runcing ke bawah,” ucapnya dalam sambutan.

Ada 3 (tiga) isu yang saat ini sedang marak dibicarakan di Indonesia, namun yang paling urgent yakni masalah Papua, sebab menyangkut opini publik internasional. Selain itu, dalam menyikapi isu saat ini, mahasiswa memiliki tugas untuk membentengi bangsa Indonesia agar tidak masuk dalam jebakan otoriter, “karena seluruh elemen keadilan kan berada dikepala mahasiswa,” tutur Rocky Gerung.

“Mengapa kita harus membangun pola kritis?,” tanya Safi’ kepada peserta di sela-sela pemaparan materinya. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa manusia dilahirkan dalam kodrat yang sama sebagai manusia. “Untuk menjadi manusia yang kritis, mahasiswa harus membudayakan literasi, membebaskan diri dari kata primordialisme, yaitu agama, partai politik, ormas, organisasi, kepentingan-kepentingan dan terutama kekuasaan,” jelasnya.  

Di sisi itu, salah satu peserta yang hadir dalam acara tersebut, Ahmad Budiyanto mengungkapkan bahwa seminar kali ini dapat membuka akal sehat mahasiswa, terutama bagaimana mengolah akal pikir yang sering dibingungkan sebagai Agent of Change. “Dalam hal ini secara tidak langsung sangat membantu  memperbaiki pola pikir kita, kan sudah seharusnya mahasiswa itu tidak hanya berotak tapi juga berjiwa merdeka dan terlebihnya tidak memihak siapapun,” tutup mahasiswa FH semester 5 tersebut. (Sof/Ful)

Comments