Pamekasan-Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 09 Universitas Trunojoyo Madura (UTM) berhasil menggelar program pemberdayaan masyarakat yang inovatif dengan melibatkan ibu-ibu rumah tangga setempat. Melalui serangkaian sosialisasi dan praktik langsung, mereka memperkenalkan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah, mengubah limbah rumah tangga menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan pendapatan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah demi lingkungan yang lebih baik. Inisiatif mahasiswa KKN 09 UTM ini bermula dari keprihatinan terhadap akumulasi minyak jelantah sebagai limbah rumah tangga yang seringkali dibuang begitu saja, padahal memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Dari sinilah muncul ide untuk mengolah limbah tersebut menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai jual, yaitu lilin aromaterapi. Program ini dirancang dengan dua tujuan utama: memberdayakan ibu-ibu rumah tangga secara mandiri dalam mengelola limbah rumah tangga mereka dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Kegiatan dimulai dengan pengenalan mendalam tentang lilin aromaterapi. Mahasiswa menjelaskan bahwa lilin jenis ini berbeda dari lilin biasa karena mengandung minyak esensial, yang saat dibakar akan melepaskan aroma wangi dan memberikan efek menenangkan. Mereka juga memaparkan bagaimana lilin aromaterapi memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama dengan melihat tren gaya hidup dan ketertarikan yang meningkat dari kalangan anak muda serta masyarakat menengah ke atas terhadap produk-produk relaksasi dan estetika.
Sesi pengenalan ini terbukti efektif dalam membuka wawasan baru bagi para ibu rumah tangga. Banyak di antara mereka yang terkejut mengetahui bahwa limbah yang selama ini dianggap tidak berguna ternyata menyimpan potensi ekonomi yang besar. Para mahasiswa KKN 09 UTM tidak hanya memberikan materi secara teoritis, tetapi juga mendampingi peserta secara langsung dalam setiap tahapan proses pembuatan lilin aromaterapi. Pendekatan hands-on ini memastikan setiap peserta memahami dan mampu mempraktikkan keterampilan baru tersebut.
Proses dimulai dengan pemilihan minyak jelantah yang layak pakai. Mahasiswa menjelaskan kriteria minyak jelantah yang bisa diolah, termasuk cara membersihkannya dari sisa makanan dan bau tidak sedap agar hasilnya optimal. Selanjutnya, peserta diajarkan teknik pencampuran minyak jelantah yang sudah diolah dengan bahan-bahan aromaterapi seperti stearin sebagai pengental, pewarna alami, dan tentu saja, berbagai jenis minyak esensial. Setiap langkah, mulai dari pengukuran bahan hingga pemanasan dan pengadukan, diawasi ketat oleh mahasiswa.
Tidak hanya itu, mereka juga membimbing peserta dalam teknik pencetakan lilin agar hasilnya rapi dan menarik, serta memastikan sumbu lilin terpasang dengan benar. Tahap terakhir yang ditekankan adalah pengemasan produk secara menarik. Mahasiswa memberikan contoh desain kemasan sederhana namun efektif yang bisa meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen. Mereka menekankan bahwa kemasan yang baik adalah kunci untuk menciptakan nilai tambah dan membedakan produk buatan tangan ini di pasaran.