Munculnya perlawanan keras terhadap pemerintah oleh
gerakan separatis atau sebut saja gerakan yang ingin memerdekakan diri
memberikan gambaran bahwa telah terjadi ketidak puasan terhadap
system
pemerintahan yang ada. Mulai dari Aceh, Maluku, sampai pada Papua. Tidak bias
dipungkiri politik pemerintah orde baru yang terpusat menyebabkan kelompok –
kelompok ini tidak puas dan merasa tertindas karena masyarakat setempat tidak
bisa menikmati sumber daya alam yang dihasilkan daerahnya.
Factor inilah yang memicu terjadi gelombang
pemberontakan di kalangan masyarakat lapisan bawah. Operasi Militer yang
dipercaya mampu menyelesaikan masalah tidak bisa memberikan solusi sepenuhnya
terhadap kondisi ini. Meskipun pemberontak telah diberantas tetapi perlawanan
masih berlanjut karena pada dasarnya gerakan separatis ini menyerang paradigma
masyarakat yang ada.
Dalam kasus ini saya coba fokuskan di daerah konflik
Aceh dikarenakan memiliki nilai History yang menarik dengan pemerintah.
Bagaimana kita masih ingat ketika rakyat Aceh memberikan Pesawat Terbang kepada
Bung Karno sebagai hadiah kepada pemerintah yang berkuasa. Dukungan yang
tersirat dari hadiah ini menunjukkan bahwa sepenuhnya rakyat Aceh mendukung
presiden. Tetapi setelah memasuki orde baru ternyata terjadi ketidak puasan.
Hal ini tercermin dengan terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Terjadi
perubahan 180 derajat yang pada awal kemerdekaan mendukung tetapi setelah ganti
kekuasaan malah memberontak.
Pada akhirnya setelah menandatangani Memorandum of
Understanding (MoU) dengan pemerintah RI disepakati bahwa pemerintah memberikan
otonomi khusus kepada Provinsi Aceh. Hal ini sudah bagus untuk meminimalisir
konflik fisik yang terjadi di Aceh. Langkah selanjutnya yang perlu ditempuh
pemerintah adalah membangkitkan wawasan kebangsaan di tanah rencong.
Civic Education Yang Intensif
Masyarakat Aceh merasa tidak membutuhkan Pemerintah
RI. Mereka merasa mampu mengelola SDA yang ada. Disinilah peran Civic Education
perlu ditekankan & dijelaskan bahwa sebenarnya merekalah yang butuh
Pemerintah RI. Dan memberikan penjelasan apa yang terjadi jika mereka keluar
dari NKRI.
Pada dasarnya pemberontakan yang terjadi adalah
rendahnya Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan) yang tidak begitu
diperhatikan oleh pemerintah. Kita bisa melihat bahwa ternyata jam untuk
pendidikan kewarganegaraan mendapat porsi yang lebih rendah. Hal ini berbahanya
demi pertahanan keutuhan bangsa. Karena pada dasarnya pendidikan
kewarganegaraan berfungsi menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta
membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air.
Kegagalan Orde Baru pada penerapan pendidikan
kewarganegaraan adalah bahwa pelajaran ini hanya dipandang remeh dan dijadikan
formalitas saja. Eksesnya adalah tidak ada penjiwaan dalam penerapan kehidupan
sehari – hari. Sepatutnya konsep Nation Building dan Character Building Bung
Karno perlu diikutsertakan. Konsep yang beliau tawarkan ternyata tidak using
untuk kondisi saat ini.
Perlu kiranya di Aceh khususnya, jam pendidikan kewarganegaraan ditambah. Disamping itu juga diperlukan pemahaman Ernes Renan tentang Konsep Kebangsaan. Diskusi dan transformasi dari pendidikan kewarganegaraan coba diterapkan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Aceh. Pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan tidak hanya teori saja tetapi ada praktek pendidikan kewarganegaraan. Dimana kurikulum inilah yang menjadi kunci sukses tidaknya pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimana pelajaran ini menekankan semangat cinta tanah air yang dikembangkan sesuai daerah masing – masing di Aceh. Selama ini pendidikan kewarganegaraan hanya dipamahami sebagai teori belaka. Dengan adanya pelajaran praktek pendidikan kewarganegaraan, semangat dan tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tersampaikan.
Perlu kiranya di Aceh khususnya, jam pendidikan kewarganegaraan ditambah. Disamping itu juga diperlukan pemahaman Ernes Renan tentang Konsep Kebangsaan. Diskusi dan transformasi dari pendidikan kewarganegaraan coba diterapkan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Aceh. Pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan tidak hanya teori saja tetapi ada praktek pendidikan kewarganegaraan. Dimana kurikulum inilah yang menjadi kunci sukses tidaknya pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimana pelajaran ini menekankan semangat cinta tanah air yang dikembangkan sesuai daerah masing – masing di Aceh. Selama ini pendidikan kewarganegaraan hanya dipamahami sebagai teori belaka. Dengan adanya pelajaran praktek pendidikan kewarganegaraan, semangat dan tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tersampaikan.
Aceh Sebagai Penyumbang Kemerdekaan RI
“Bangsa adalah satu jiwa” (Ernest Renan)
Satu lagi pelajaran yang penting tapi terlupakan yaitu
SEJARAH. Dalam kurikulum di Aceh patutnya difokuskan pada Perlawanan Rakya Aceh
yang mencoba terbebas dari belenggu penjajahan Belanda. Bagaimana kegigihan Cut
Nyak Dien, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar DKK mampu mengilhami The Founding
Fathers memberikan perlawanan serupa. Secara tidak langsung Aceh ikut serta
memerdekakan Indonesia dari Penjajahan. Apalagi rakyat Aceh pada awal
kemerdekaan melakukan iuran untuk membelikan prediden RI yang pertama sebuah
Pesawat Terbang. Inilah bkti kecintaan aceh dan manifestasi dari nasionalisme
terhadap RI. Begitu bangganya Bung Karno untuk pertama kalinya diberi hadiah
sebuah kado dari rakyat yang begitu cinta terhadap tanah airnya.
Hal – hal diatas harus disampaikan pada para pemuda
Aceh dan pelajar di tanah rencong. Ternyata sejarah kemerdekaan RI tidak lepas
dari perjuangan mereka. Sekarang saatnya bersatu bukan untuk memisahkan diri.
IRFARONABOYD*
10/12/2009
IRFARONABOYD*
10/12/2009
Comments