"In the millennium era, live without money is imposible”.
Pernyataan tersebut erat kaitannya dengan falsafah “time is money” yang
merupakan salah satu landasan hidup etnis Cina. Falsafah hidup yang
menjadi tonggak semangat etnis Tirai Bambu merupakan hal positif untuk ditiru Bangsa Indonesia. Akan tetapi perlu diperhatikan apabila diimplementasikan kehidupan di lingkungan Perguruan Tinggi, semboyan diatas lebih banyak mendatangkan Mudharot-nya daripada manfaat yang dapat diperoleh atau dihasilkan.
Hal ini dapat dilihat di FH-Unijoyo,bagaimana proses pencairan dana (uang) kemahasiswaan di akhir tahun 2009 yang terkesan dihambur-hamburkan. Setelah dikonfirmasi oleh kru VOL pada hari Selasa, 8 Desember 2009 jam 09.45 dengan melakukan wawancara kepada Saiful Abdullah yang tidak lain adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo.
13/12/2009
menjadi tonggak semangat etnis Tirai Bambu merupakan hal positif untuk ditiru Bangsa Indonesia. Akan tetapi perlu diperhatikan apabila diimplementasikan kehidupan di lingkungan Perguruan Tinggi, semboyan diatas lebih banyak mendatangkan Mudharot-nya daripada manfaat yang dapat diperoleh atau dihasilkan.
Hal ini dapat dilihat di FH-Unijoyo,bagaimana proses pencairan dana (uang) kemahasiswaan di akhir tahun 2009 yang terkesan dihambur-hamburkan. Setelah dikonfirmasi oleh kru VOL pada hari Selasa, 8 Desember 2009 jam 09.45 dengan melakukan wawancara kepada Saiful Abdullah yang tidak lain adalah dosen di Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo.
“Memang dek, dana kemahasiswaan sebelum akhir-akhir
bulan tahun 2009 itu masih banyak, ya sekitar 26 juta dan terkesan
dihambur-hamburkan”, tutur orang yang sering dipanggil dengan nama Saiba. Masih
banyaknya dana kemahasiswaan di fakultas tidak terlepas kurang optimalnya
penyerapan dana untuk kegiatan kemahasiswaan melalui wadah seperti misal UKMF.
Ditegaskan oleh pria yang juga sering merokok sebelum mengajar ini,”masih
banyaknya dana ini dikarenakan penyerapan yang kurang optimal dari UKMF maupun
kegiatan kemahasiswaan lain,tidak tahu ya kenapa”. Disisi yang lain antara BEM
beserta badan kelengkapan yang lain telah melakukan kesepakatan dalam hal
mekanisme alokasi dana kemahasiswaan ke masing-masing unit atau wadah
organisasi internal FH sendiri yang tidak lagi dibagi sama rata pada masa
sebelumnya. Namun pada tahun ini menggunakan system merger kegiatan yang
mempunyai kesamaan(yang aktif yang dapat,red VOL).Cara ini juga menjadi pemicu
mengapa dana kemahasiswaan masih (‘menggumpal’) di fakultas. “Mekanisme
pembagian seperti itu dek ada positif dan negatifnya,positifnya adalah antara
satu dengan yang lain berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan sedangkan
negatifnya kasihan apabila UKMF itu jarang melakukan kegiatan, jatahnya pasti
dicaplok yang banyak melakukan kegiatan” imbuh PD III yang baru ini. Mengingat
terdapat ketentuan dari DIPA bahwasanya dana yang diberikan sebagai alokasi
dimasing-masing Perguruan Tinggi jika tidak optimal terserap untuk kegiatan
kemahasiswaan selama satu tahun maka di tahun berikutnya jatah dana
kemahasiswaan dari DIPA akan dikurangi.
Imbas negatif yang lain dapat dilihat pada dua
bulan terakhir, dana kemahasiswaan itu seolah-olah di-obral seperti orang
jualan ayam dipasar yang berkecenderungan negatif mahasiswa diajari untuk
berteman akrab dengan korupsi. Hal itu diakui Saiba,” bu Rukmini dan bu Yuni
saya lihat juga agak kebingungan dan sering menawari setiap mahasiswa yang
dikenalnya untuk mengajukan kegiatan karena dana masih numpuk sehingga teman-teman
FH itu ramai-ramai membuat kegiatan dengan bentuk pelaporan kegiatan kurang
optimal”. “Ditambah lagi dek sistem yang dianut DIPA terkait pencairan dana
intinya harus pake dana talangan dulu untuk lakukan kegiatan(proposal+LPJ harus
diserahkan dalam tempo waktu hampir bersamaan apabila ingin dana cepat cair
semua,red), baru diganti setelah lakukan kegiatan,lalu dana talangan mahasiswa
darimana?”.teringat pepatah, BERAKIT-RAKIT KITA KEHULU BERENANG-RENANG KITA KE
TEPIAN,BERSAKIT-SAKIT DAHULU BERSENANG-SENANG KEMUDIAN, Apabila konteksnya
korupsi kawan!?. 13/12/2009