Oleh : Iskandar.Joisangadji*
Rentetan fase pergerakan kaum muda di masa perjuangan,
disatukan oleh komitmen untuk mencapai kemerdekaan, serta terbebas dari
penjajahan yang dilakukan oleh kaum kolonial. Dan setelah cita-cita
Indonesia merdeka tercapai, tidak berarti bahwa gerakan kaum muda juga terhenti sampai di situ. Sejarah pergelokan Indonesia mencatat sejumlah bentuk gerakkan massa kaum muda pasca Indonesia Merdeka, yang dipersatukan oleh idealisme untuk mengawal arah kebijakan pembangunan nasional yang dijalankan oleh kekuasaan, agar tetap konsisten pada jalur yang sebagaimana mestinya.
Indonesia merdeka tercapai, tidak berarti bahwa gerakan kaum muda juga terhenti sampai di situ. Sejarah pergelokan Indonesia mencatat sejumlah bentuk gerakkan massa kaum muda pasca Indonesia Merdeka, yang dipersatukan oleh idealisme untuk mengawal arah kebijakan pembangunan nasional yang dijalankan oleh kekuasaan, agar tetap konsisten pada jalur yang sebagaimana mestinya.
Refleksi Hari Sumpah Pemuda. tidak hanya menjadi
sebuah ritual yang miskin energi aksi, formalitas tanpa batas dan tentunya
menjadi sebuah agenda yang tidak memberikan impact terhadap perubahan.
Sepertinya sudah terbiasa dengan budaya peringatan tanpa memikirkan impact
positif bagi kehidupan bangsa. Hal ini pun menyerang bagian-bagian semangat
para pemuda Indonesia. Peringatan dalam sebuah konteks definitif merupakan
sikap refleksi terhadap sebuah peristiswa yang membuka ruang romantisme
kenangan yang ditransformasikan menjadi sebuah energi evaluasi layaknya sebuah
ungkapan bahwa lihatlah kebelakang niscaya engkau bisa bercermin, dan
pandanglah ke depan niscaya engkau akan berpijak.
Patriotisme dan nasionalisme pemuda, kemanakah ?
Sumpah pemuda yang seharusnya menjadi titik tolak perubahan kaum muda Indonesia, saat ini luntur tanpa ada tinta emas yang tergores kembali di kain suci perjuangan pergerakan pemuda Indonesia. Tahun 1928 yang seyogyanya menjadi sebuah energi pergerakan yang tak pernah padam bagi para pemuda, saat ini hanya dijadikan sebuah kepura-puraan patriotisme dan nasionalisme. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa para pemuda Indonesia saat ini lebih memilih untuk hanya bersenang-senang dengan kemewahan, hidup tanpa sebuah perjuangan yang menempatkan idealisme di puncak hati dan pikiran tertinggi, akhirnya mereka terjerumus di kubangan kehidupan yang yang membuat mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali menghamba pada nafsu individu tanpa pernah mereka memikirkan bangsa dan kecarutmarutannya.
Fenomena lunturnya rasa semangat, keyakinan akan kebenaran,
keikhlasan dalam berkontribusi bagi bangsa dan rasa bangga terhadap bangsa ini,
telah menjadi sebuah anomali pemuda masa kini hampir di pelosok tanah air.
Kasus penyalahgunaan narkoba dan tindak kriminal lainnya yang dilakukan oleh
pemuda, setiap tahun meningkat. Inilah bukti otentik dari kondisi para pemuda
kini Indonesia. Kasus tawuran antar pelajar dan mahasiswa dengan penjarahan
menjadi ukti yang nyata bahwa mereka sudah kehilangan nasionalisme dan
patriotisme.
Lalu, pertanyaannya kemanakah sikap patriotisme itu
sekarang ? kemanakah semangat nasionalisme yang berdampak di hati dan pikiran
pemuda Indonesia ? Jawabannya adalah ada di markas-markas pesta miras, seks
bebas dan narkoba, ada di meja-meja komprador isu-isu politik, ada di kehidupan
malam tanpa batas, dan tentunya ada di tempat-tempat tanpa semangat perjuangan
dan kontribusi bagi bangsa ini. Apakah dengan ini, para pemuda Indonesia akan
memimpin negeri seribu cerita tentang kekayaan alamnya ini.
Progress Spiritual
Jika kita perhatikan secara seksama dan objektif,
ternyata masih ada banyak pemuda saat ini yang sangat bertolak belakang dengan
kondisi rusaknya mental para pemuda. Mereka menempa diri di sekolah-sekolah,
kampus-kampus, dan karang taruna di negeri ini dengan landasan ideology yang
kuat. Mereka rela meninggalkan masa mudanya untuk dapat memikirkan apa yang
terjadi di alam ini untuk kemaslahatan ummat, untuk bisa turun di aspal jalanan
tanpa pragmatism attitude yang melunturkan idealisme dan untuk dapat memikirkan
orang lain di sekitarnya. Mereka lebih mencintai masyarakatnya dibanding
dirinya sendiri. Dan mereka dilahirkan oleh kondisi kritis yang ada di
lingkungan mereka masing-masing. Seperti halnya yang di katakan oleh pemikir
Mesir abad ini, bahwa generasi (pemuda) yang lahir dalam lingkungan yang penuh
dengan krisis akan lebih bisa bertahan dan memiliki semangat perubahan yang
lebih tinggi dibandingkan para generasi (pemuda) yang lahir pada lingkungan
yang penuh dengan kemudahan tanpa sedikitpun krisis menimpanya.
Generasi Emas ini memiliki keimanan (ideology),
semangat, dan keikhlasan dalam memerikan kontribusi bagi bangsa ini. Mereka
lahir dari Mesjid-mesjid kampus, kajian-kajian keagamaan, meja-meja diskursus
kontruktif dan komunitas-komunitas profesi berbasis spiritual. Dari sanalah
sebuah generasi yang menonjolkan sisi spiritual sebagai kekuatan nurani dalam
menghadapi tempaan arus globalisasi. Generasi yang memiliki imunitas moral atau
integritas moral yang tinggi inilah yang saat ini menjadi sebuah fenomena baru
kebangkitan pemuda. Bahwa bangsa ini dengan segala carut marut krisis
multidimensi di segala bidang hanya bisa di selesaikan dengan terlebih
mementingkan perbaikan moral para pemudanya.
Generasi M. Natsir dan J.K Simon adalah salah satu
generasi spiritual terbaik bangsa ini. Mereka bisa memimpin pada masa orde lama
dan pada saat awal kemerdekaan bangsa ini. Mereka sadar akan adanya nilai batas
antara kebenaran dan dan ketidakbenaran. Nilai tersebut hanya bisa munculkan
jikalau sisi nurani hatinya suci. Kesucian hati hanya dapat dimunculkan dengan
mengaktifkan god spot dalam diri.
Seorang Harun Al Rasyid –raja teragung dan rajanya
para khalifah- pada masa kejayaan islam telah bisa menorehkan tinta emas
kepemimpinan kaum muda, dia bisa mengejewantahkan nilai-nilai spiritual ke
ruang-ruang publik. Nilai-nilai tuhan yang suci menyebar ke seluruh sisi gelap
kehidupan manusia dan akhirnya rakyat Harun Al Rasyid dapat hidup dalam
kesejahteraan, jauh dari ketidakadilan dan tentunya rahmat Tuhan senantiasa
menaungi.
Pemimpin Muda
Generasi muda yang telah rela menanggalkan masa
mudanya itu dengan menempa dirinya selain dengan ilmu-ilmu umum terapan yakni
dengan mengasah sisi spiritual mereka tentunya bukan generasi biasa. Mereka
bisa membawa The Holy Light ke meja-meja diskusi, kajian-kajian kontruktif,
organisasi kemahasiswaan, aksi-aksi karang taruna, aksi parlemen jalanan yang
penuh kearifan dan lain sebagainya. Mereka telah belajar banyak bagaimana
menganalisis dan tentunya memberikan solusi perbaikan bangsa ini.
Aksi-aksi mereka telah membuktikan bahwa mereka adalah
generasi yang siap memimpin. Tak pelak mereka harus kekurangan uang, kurang
tidur, bahkan ancaman nyawa dalam memberikan sumbangsih peran bagi bangsa ini.
Melalui kegiatan social kemasyarakatan, peduli pendidikan dini, sustainaibility
community development, kajian dan penelitian ilmiah, aksi parlemen jalanan,
kampanye kontruktif, rekontruksi seni budaya dan masih banyak lagi aksi konkrit
yang mereka lakukan.
Dengan itulah mereka ditempa dari aspek ruhani,
jasmani, dan intelektual. Ketiga potensi yang ada dalam diri generasi muda ini
diyakini merupakan sumber utama kekuatan dalam bergerak. Dan oleh karena itu,
jika saja Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memimpin maka dengan
semangat mereka berkata “Sungguh kami akan membuat taman Indonesia ini dipenuhi
bunga-bunga yang indah dengan keringat dan darah kami. Dan jika mereka (rakyat)
tahu bahwa mereka lebih kami cintai dari pada kami sendiri, maka dengan seluruh
jiwa ini kami persembahkan taman indah Indonesia untuk Tuhan dan Bangsa ini”
Bahwa kita fesimis dengan generasi pemuda saat ini,
itu adalah sesuatu hal yang sangat wajar. Tapi jika kita tidak bisa optimis
dengan adanya generasi muda lainnya yang telah ditempa dengan banyak kondisi
krisis, maka bisa dipastikan negeri ini tidak akan beranjak dari rawa
keterpurukan. Tentunya kita berharap semua generasi muda Indonesia bisa
mengikuti jejak generasi emas tersebut. Sehingga semakin banyak lagi generasi
muda yang akan bisa memimpin bangsa ini dengan arif. Mari kawan kita sama-sama
berikrar*****
Comments