2014. Harga BBM jenis premium yang semula seharga Rp 6.500 dinaikkan Rp 2.000, menjadi Rp 8.500. Malam itu juga, puluhan bahkan ratusan mobil, sepeda, dan berbagai jenis kendaraan bermesin memenuhi SPBU, setidaknya pada malam itu harga BBM masih Rp 6.500.
Alasan-alasan yang selalu sama dikoarkan masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat menengah
kebawah
untuk menanggapi kenaikan harga
BBM dari dahulu, yaitu semakin melambungnya harga kebutuhan hidup sehari-hari,
sehingga daya beli mereka semakin rendah. Lalu ada sebuah pertanyaan mengapa
Indonesia selalu menaikkan harga BBM?.
Seperti yang dilangsir oleh merdeka.com, bahwa Sebelum tahun 2004, Indonesia
merupakan negara yang kaya minyak sehingga masuk dalam Organisasi Negara
Eksportir Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC). Setiap
harinya, perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia berhasil memproduksi lebih dari
1 juta barel. Saat itu, pertumbuhan kendaraan di Indonesia belum sepesat sekarang.
Jadi, masih terdapat alokasi minyak yang di ekspor keberbagai negara. Luar biasa Indonesia kita, tapi itu dulu, sekarang
Indonesia dikeluarkan dari OPEC karena Indonesia masuk dalam negara pengimpor
minyak lebih besar daripada ekspor, bukan mustahil memang karena Indonesia kini
hanya mempunyai cadangan minyak sebanyak 4 miliar barel yang kira-kira hanya
mampu untuk mencukupi kebutuhan minyak Indonesia sekitar 11 tahun lagi.
Dengan pesatnya pertambahan kendaraan bermotor di
Indonesia, kebutuhan minyak Indonesia juga bertambah, dengan begitu Indonesia harus
mengimpor minyak.
Alasan yang di cetuskan oleh Presiden Jokowi untuk
kenaikan BBM, adalah pengalihan sektor konsumtif ke produktif yaitu pengalihan
anggaran yang banyak digunakan untuk subsidi BBM ke anggaran pembangunan sektor
infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Begitu juga dengan pernyataan menteri
keuangan Bambang Brodjonegoro pada media online tempo.co, bahwa kenaikan harga BBM ini
akan mengimbas pada penghematan anggaran sebesar Rp 120 triliun, mulai tahun
2015.
Tidak sepatutnya lagi, penghujatan terhadap pemerintahan
ini dilontarkan secara ekstrem, yang kini marak terjadi demo diberbagai wilayah
di Indonesia. hal-hal tersebut terjadi karena kurangnya analisis masyarakat
terhadap kenaikan BBM.Yang dimaksud adalah analisis terhadap efek jangka
panjang yang ditimbulkan, dari kenaikan harga BBM tersebut, diatas sudah
disebut beberapa alasan dari pemerintah,
tehadap jangka panjang kenaikan BBM ini. sudah tidak sepatutnya lagi kita
beralasan spontan dengan dalih kebutuhan sehari-hari, sudah terlau klasik
kawan, sebenarnya bukan kebutuhan sehari-hari tetapi lebih kepada kebutuhan
nafsu akan gaya keseharian yang menjadikan masyarakat konsumtif berlebihan.
Penulis
Soetrisno
Comments