"Menjaga lingkungan adalah bak sebuah tanggung jawab moral kita bersama."
Adalah dusun Telang Indah kecamatan Kamal sebagai
salah satu tempat yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi di Kabupaten
Bangkalan, Madura.
Prospek pasar yang tercipta akibat diresmikannya satu-satunya kampus negeri
se-Madura tengah membawa era baru bagi daerah itu.
Sekitar 5 sampai 8 tahun yang lalu, sebagian besar
daerah tesebut masih bermuka hamparan tanah kosong seperti persawahan dan padang
ilalang liar. Saat itu, jalanan masih nampak
sepi, lampu belum begitu meriah di setiap lorongnya dan ketika malam mulai
menyapa, berbagai hewan sawah pun ikut meramaikan keadaan dengan nyanyian-nyanyian sendu.
Kini wajah itu telah disulap seketika. Tempat yang
dahulunya sebagai persawahan dan ilalang liar, telah berubah hampir 80 %
menjadi perumahan yang memadati dusun tersebut. Keberadaan lampu penerang jalan
dapat kita jumpai disetiap lorongnya, suara-suara hewan liar itu juga sudah
mulai sulit kita dengarkan, pertokoan dan warung pun ikut menghampiri berdiri. Jalannya telah halus dilapisi aspal, air
Perusahaan Daerah
Air Minum(PDAM) juga sudah masuk di sana. Hal itu semata-mata karena faktor
domino yang ditimbulkan adanya kampus negeri di sekitarnya itu.
Dengan begitu, setiap calon mahasiswa atau pun visitor
lokal sampai asing yang ingin mengetahui keberadaan kampus tersebut secara
tidak langsung tidak perlu khawatir mempertanyakan bagaimana situasi di daerah
tersebut. Yang jelas pasti ramai, riuh juga bisa gaduh dan bak hari raya ‘Nyepi’
disaat hari Jum’at, Sabtu Dan Minggu.
Artinya apa ? pada hari tersebut hampir 40-65 %
mahasiswa yang tinggal di daerah tersebut pulang kampung setiap minggunya. Bukan karena tempatnya yang tak
nyaman. Mungkin lebih dikarenakan penciptaan budaya yang terjadi adalah
demikian faktanya.
Diantara mereka juga ada yang berusaha mengatakan
bahwa kepulangan mereka dikarenakan kurangnya dorongan atau pembauran
masyarakat setempat terhadap para pendatang. Begitupun
sebaliknya, pihak pribumi juga ada yang berpendapat, “…Ini adalah tanah kelahiran saya, jadi kalau yang namanya pendatang ya
harus mencoba mengenal dan membaur masyarakat di sini. Bukan malah semena-mena
tak peduli...”
Volume penerimaan calon mahasiswa baru di kampus
tersebut terus saja meningkat. Pada tahun 2010 tercatat 1.700 mahasiswa baru
(maba), 2011 terdapat 2.400, 2012 mencapai 2.700, 2014 mencapai angka tertinggi
3.500. Data ini semua adalah data kotor, jadi sangat dimungkinkan bahwa
volumenya diatas yang disebutkan. Lalu bagaimana dengan capaian maba pada tahun
2015 nanti ? Yang jelas akan semakin padat saja lokasi daerah tersebut.
Meski tak maksimal, dusun Telang Indah telah mampu
beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Satu demi satu perumahan yang
dibangun mulai mengikuti budaya rumah susun. Pertokoan dan warung yang awalnya
hanya dapat dihitung jari dengan tempat dipinggiran jalan utama menuju kampus,
kini telah menebar dimana-mana hingga memasuki setiap gang di daerah tersebut.
Sarana prasarana kian lengkap. Mulai dari Warnet, Counter Handphone, tempat Isi Ulang Air Minum, per-Foto kopian, hingga gudang Dealer Motor. Nyaman bukan ?
Tapi baru-baru ini, hanya kurang lebih 2 tahun
terakhir daerah tersebut juga mengalami peningkatan yang tajam atas kondisi degradasi lingkungan. Pasalnya, hampir
setiap musim penghujan yang datang dengan volume tertentu, terjadilah banjir di
daerah tersebut. Memang tidak parah… paling-paling ya hanya seukuran betis
orang dewasa. Tapi debit itu meningkat sejak 2013 silam.
Banjir yang terjadi meliputi jalan menuju kampus,
perumahan Telang Indah, gang buntu hingga menyeret daratan kampus.
Hal ini dikarenakan sampah yang dibuang selalu
meningkat kapasitasnya dalam tiap bulannya. Ada pula sampah yang dibuang di sembarang
tempat. Sehingga saat hujan datang, sampah tersebut akhirnya menyumbat aliran
arus air.
Dan fatalnya, drainase
atau saluran air yang kadang disebut sebagai gorong-gorong sudah tak berfungsi
maksimal. Kejadian yang ada, sering disebabkan saat pembangunan perumahan
terjadilah penyumbatan dengan bebatuan pada drainase
tersebut. Elaknya, agar truk penguruk
tanah kosong yang akan didirikan rumah dapat lewat dengan mudah. Tapi hal itu
tidak seperti laiknya teori reboisasi, yang mana ‘ jika ingin menabang suatu pohon ya harus siap dengan tanaman/pohon/bibit
pengganti.’ Dan penyumbatan tersebut akhirnya dibiarkan begitu saja, dalam
waktu yang berlarut-larut.
Jadi dalam hal ini, disamping evolusi dusun Telang
Indah yang kian pasti mengalami pembangunan dan perkembangan secara ekonomi.
Disisi lain kita perlu memperhatikan keadaan lingkungan disekitarnya. Menjaga lingkungan
adalah bak sebuah tanggung jawab moral kita bersama. Tak ada yang harus
disalahkan, bahkan dapat kami sebutkan cendekiawan kampus, visitor, masyarakat
pribumi di sana adalah korban dari oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Penyikapan masalah ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua termasuk perangkat desa, kecamatan
hingga kabupaten. Maka jika tidak ingin terjadi bencana banjir yang lebih fatal
lagi, mari kita semua belajar mengkoreksi perlakuan kita kepada lingkungan
sekitar melalui tanggung jawab yang kita punya sampai pada hari ini.
Oleh:
Mohammad IJ, penulis buku Surat Dari
Madura Untuk Negeri
Bangkalan,
5 Mei 2015