Pemilu FH UTM: KPUM Tak di Anggap Penting Oleh DPM FH






“Tidak ada masalah mengenai KPUM, selama dari anggota DPM mencukupi dan tidak kekurangan anggota kenapa masih membuka open recruitmen,” -  Kholilullah Ketua DPM FH 2018.

Pemilihan umum sebagai  Pesta Demokrasi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (FH UTM) diadakan pada Kamis (20/12), yang bertempat di halaman parkir FH. Pemilu  ini bertujuan untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur mahasiswa FH, serta anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) masa periode 2019.  

Pemilu raya ini diselenggarakan oleh DPM FH. Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa (ART KM) UTM Pasal 61 angka 2 dijelaskan bahwa pemilu mahasiswa diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM)  yang bersifat sementara dan mandiri.

Tertuang dalam Pasal 61 angka 4, anggota KPUM-F dibentuk melalui panitia seleksi oleh DPM-F dan disetujui oleh Gubernur. Sedangkan dalam penyelenggaraan pemilu FH tahun ini tidak dibentuk KPUM.

Ketika diklarifikasi mengenai tidak dibentuknya KPUM, Kholilullah selaku ketua DPM FH mengatakan bahwa dalam struktur DPM terdapat Divisi Pemilu yang fungsinya sama dengan KPUM yakni untuk menyelenggarakan pemilu FH. “KPUM ini sebenarnya untuk pemilu kan, sedangkan Divisi Pemilu ini sudah jelas untuk melakukan pemilu juga, jadi tidak ada bedanya,” ungkapnya.

Terkait tidak dibentuknya KPUM Kholilullah tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ia berpendapat Divisi pemilu yang ada di dalam DPM sudah cukup mewakili dalam pemilu FH ini. “Tidak ada masalah mengenai KPUM, selama dari anggota DPM mencukupi dan tidak kekurangan anggota kenapa masih membuka open recruitmen,” tambahnya.

Dalam pemilu raya ini,  DPM FH membentuk Steering Committee (SC) selaku pengawas  pemilu yang langsung dinaungi oleh ketua DPM. “Pengawasnya adalah SC, saya mengaca pada DPM KM UTM,”tutur Kholilullah.

Saat ditanyai mengenai efektifitas pelaksanaan pemilu, Kholilullah berpendapat lebih efektif jika pemilu dilaksanakan saat UAS. “Soalnya ketika UAS, sudah jelas teman-teman masuk semua,” ucap mahasiwa Semester V itu.

Fendi selaku mahasiswa FH beranggapan bahwa rentetan acara pemilu raya kali ini dirasa sangat mepet. Menurutnya, antara pendaftaraan Cagub-Cawagub hingga calon DPM hingga pelaksanaan pemilihannya sangat singkat. “Sebagian dari kita tentu lebih memilih UAS daripada mengantri  untuk  memilih, sehingga kurang efektif,” ujarnya.

Sama halnya menurut salah satu mahasiswa FH semester 3 yang enggan disebut namanya, pemilu FH kali ini juga kurang efektif dikarenakan setelah melaksanakan UAS mahasiswa langsung pulang. “kita tidak ada mata kuliah, jadi langsung pulang,” tutupnya. (Mjr/Sof/Erk)