VOICE- Aliansi
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) adakan aksi tindak lanjut Kartu
Tanda Mahasiswa (KTM) multifungsi angkatan 2018 yang 3 in 1 pada Senin (04/03).
Titik kumpul aksi ini berada di Kantin Asrama yang kemudian berjalan dengan
menyerukan lagu darah juang dan buruh tani hingga menuju tempat tujuan aksi
Gedung Rektorat UTM. Aksi ini muncul karena kurangnya transparansi, pungutan
yang minim sosialisasi, serta pungutan diluar aturan yang ada. Dalam Permenristekdikti
Nomor 22 Tahun 2015 Pasal 8 dijelaskan bahwa PTN tidak boleh melakukan pungutan
kepada mahasiswa kecuali biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Setelah
adanya KTM multifungsi ini, timbul kejanggalan baru, identitas yang
tertukar sesama mahasiswa dan juga uang administrasi yang seharusnya Rp 3000,00
perbulan ternyata terpotong menjadi Rp 15.000,00 dalam waktu 3 bulan. KTM yang
semula gratis kemudian berbayar menimbulkan banyak permasalahan, setoran awal
yang memiliki nominal Rp 100.000,00 memberatkan beberapa pihak. "Saya
sendiri merasa keberatan dengan biaya yang ditagihkan, terutama bagi mahasiswa
yang kurang mampu," ujar Saiful mahasiswa angkatan 2018.
Sebelumnya
pada Jumat (01/03) telah diadakan audiensi secara tertutup antara pihak
Rektorium dan BEM-KM serta dari Bank Negara Indonesia (BNI) yang memiliki hasil
kesepakatan pengembalian uang saldo yang terpotong, perbaikan KTM yang
bermaslah, serta pihak Rektorium akan berusaha lebih transparan dalam
memberikan informasi kepada mahasiswa.
Aksi aliansi
mahasiswa ini merupakan aksi untuk menanyakan bagaimana kelanjutan dari
audiensi yang diadakan pada hari jumat kemarin “Kami ingin bertemu dengan
pimpinan agar melakukan audiensi secara terbuka disini, dihadapan semua
mahasiswa. Kami pikir hasil audiensi kemarin adalah hasil yang mentah” ujar M.
Sultan Fuadi selaku koordinator lapangan aksi.
Aliansi
mahasiswa UTM menyatakan bahwa Pembuatan KTM Multifungsi terlihat Mubazir.
Aliansi ini menolak perlakuan kampus yang memaksakan mahasiswa untuk menjadi
nasabah bank. Sehingga timbul tuntutan, salah satunya bahwa mereka ingin adanya
transparansi kepada seluruh mahasiswa, berkenaan dengan Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas
dengan BNI dan memenuhi hak mahasiswa
berupa KTM Gratis serta tidak mempersulit sistem pembuatan dan juga perbaikan.
Aksi
yang semula diawali dengan berbagai macam orasi, dipertengahan mulai timbul
kericuhan antara Aliansi Mahasiswa Spirit Trunojoyo dengan pihak kemanan.
Kericuhan ini timbul karena tidak kunjung keluarnya para pimpinan Rektorium. Akhirnya
pihak BAAK turun tangan dengan mengajak para mahasiswa untuk tenang dan duduk
melingkar bersama dalam membahas perihal KTM yang penuh polemik ini.
Alih-alih
bertemu pimpinan Rektorium, para aliansi mahasiswa UTM justru hanya ditemui
oleh kepala Humas dan Ketua BAAK saja, sedangkan para Rektorium sedang tidak
ada di tempat “Sebenarnya pimpinan tidak ada ditempat, Rektor ada di Jombang,
Warek I umroh dan Warek III sedang ada di Jakarta sampai besok” ujar Supriyanto
selaku Ketua BAAK.
Supriyanto
menjelaskan audiensi terbuka akan diadakan dalam minggu ini dan berjanji
mendatangkan pihak BNI seperti audiensi sebelumnya. Pihak Aliansi Mahasiswa
memberikan tenggang waktu sampai dengan hari rabu, karena ketidakjelasan pihak
pimpinan akan bisa ditemui kapan, maka di hari tersebut mereka akan melakukan
aksi seperti ini kembali. (Erk/Mfr)
Tags
Berita