"Pemimpin tidak lahir hanya karena ijazah yang dipegang, tapi perlu disertai oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah"
Ketika mendengar kata pemimpin
pasti
kita
akan
berfikir
bahwa
pemimpin
adalah
seorang yang mempunyai
kedudukan
tinggi
disuatu
lembaga, oraganisasi,
komunitas dan lain sebagainya. Dari manakah kata pemimpin itu berasal? Kita pasti bertanya- tanya. Ada yang mengatakan
pemimpin
itu
produk
alam,
adapun yang bilang
memang dari sononya sudah ditakdirkan jadi pemimpin, dan satu lagi dari keturunannya sudah pemimpin.
Nah,
ini yang perlu
kita
ketahui
bersama
bahwa
seseorang bisa disebut sebagai pemimpin karena melalui proses yang panjang,
tahap demi tahap
pasti
ia
lalui
guna
membentuk
karakter
seorang
pemimpin
sejati.
Kita
bisa
analogikan
seperti orang awam,
ia
belajar
disuatu
pesantren
disana
dididik
dengan
berbagai
ilmu agama dan
ilmu
berwawasan umum, bisa dakwah, bisa berbahasa arab, menguasai
beberapa
kitab,
akhirnya
menjadi
kyai yang disegani
dimasyarakat. Tenyata
menjadi
seorang
kyai/ulama
tidak
ditakdirkan
dari
lahir
melainkan
dibentuk
tahun demi tahun,
perlu adanya tahapan belajar yang berjenjang. Apakah masih percaya bahwa pemimpin sudah ditakdirkan sejak lahir? Kalau saya tidak percaya. Silahkan yang percaya
atau
mau
menganut
faham
ini
sangat
mudah
tanpa
usaha, Jika
seperti
itu
kita
tidak
akan
berkembang
dan
tumbuh
dalam
pola
fikir
yang seyogyanya adalah sumber dari logika berfikir.
Jika
perkataannya
seorang pemimpin selalu
diikuti
oleh
bawahannya, tindakannya
diamati, ide-idenya
didokumentasikan
serta diwujudkan.
Sejatinya
pemimpin
adalah
seseorang yang mampu
mengisnpirasi
banyak orang serta
tindakannya
dijadikan
panutan, pemimpin
adalah
pelaku
bukan
teoritikus yang menasihati,
mengkhotbai, menguliahi
banyak orang, tapi
kepada
dirinya
sendiri,
tidak, banyak orang
yang tahu tentang hal-hal yang berkaitan
dengan
kepemimpinan. Tetapi ia belum bisa disebut pemimpin, contoh
ada
seorang guru yang memaparkan
tentang
kepemimpinan
begitu
hebatnya
ia
mengulas
materi
itu didalam
kelas
tapi
setelah
ia
keluar
dari
ruang
kelas
ia
tidak
begitu
hebat.
Ternyata yang di ucapkannya hanyalah omong kosong, tanpa praktek.
Pemimpin
yang berkelas dunia, setiap kata-kata yang di
lontarkannya
tetap
berlaku
bagi
banyak orang meskipun
fisiknya
sudah
tiada
lagi, pemikiran-
pemikirannya yang berwibawa
tenang
dan
jauh
dari kata emosional, apa
yang ia ajarkan kepada orang lain sangat
bermanfaat
bagi
kehidupan orang itu,
bahkan
ia
menerapkan pula dalam
kehidupan
sehari-hari yang menjadi saksi kehidupannya. Pemimpin yang sejati
adalah
pemimpin yang visioner,
ia
melihat
bukan
pada
masa
sekarang
tapi
melihat
masa
yang
akan
datang. Membuat gambaran tentang masa itu sehingga gambar itu dapat menjadi kompas bagi setiap langkah kebijakannya, serta bisa memperkuat langkahnya, ada kunci ciri khas pemimpin adalah berani melihat kerja bawahannya. Jika pekerjaan yang dilakukan bawahannya lebih bagus dari sang pemimpin
dan sang pemimpin
itu
memberitahukan
kepada
semua orang bahwa pekerjaan
bawahannya
sungguh
hebat
karana bawahannya melakukan pekerjaan lebih hebat dari pada dirinya.
Namun,
dimasa
sekarang
kebanyakan
para
pemimpin,
saat
bawahannya
diberi
pekerjaan
besar
dan
mereka
menyelesaikannya
dan sesuai atau tepat waktu malah si pemimpin itu yang mendapat
poin, itu
bukanlah
pemimpin
mungkin
lebih
layak
dikatakan
tukang
numpang nama.
Sebagai seorang pemimpin sejati dia harus bias menakhlukkan dirinya sendiri dan berani mengatakan kepada bawahannya “Kamu harus bekerja lebih besar dan lebih semangat dari pada saya dan kamu harus menjadi yang lebih
terkenal
dari
pada
saya,”
Pemimpin
bukanlah
suatu
layang-layang yang terbang
hanya
mengikuti
arah
mata angin
kemana
angin
itu,
maka
ia
akan
selalu
ikut. Atau
berusaha
menyenangkan orang dan
mencari
popularitas
semua
itu
hanya
seperti
burung
merpati,
semakin
kau
kejar
maka
ia
akan
pergi. Pemimpin harus memiliki kemampuan berfikir untuk memperoleh gambaran masa yang akan
datang, dengan gambaran itu seorang pemimpin bisa merealisasikan
gambaran
yang telah terlukiskan dalam benaknya.
Apabila sudah terjadi dan terwujud, orang akan melihat dan mengatakan bahwa pemimpin ini berhasil.
Menjadi pemimpin tidak akan membiarkan dirinya dikendalikan oleh masa lalu, segala tindakannya dibimbing oleh tujuan, semua gerakannya diasuh oleh tujuan. Apabila
pemimpin
ingat
dengan
tujuannya
maka
ia
akan
menjadi actor, seorang pemimpin harus yakin dengan apa yang akan dicapainya, dengan cara mempunyai rasa percaya
diri yang kuat
kerap kali disalahartikan,
yakni anggapan seseorang
yang lain menjadi
suatu
kesombongan. Ia
begitu
yakin
atas
apa yang akan dicapai
dapat
bermanfaat
bagi orang banyak.
Pemimpin
sejati
tidak
akan
mati
meskipun
fisiknya
sudah
tidak nampak dalam dunia nyata. Tetapi kata- katanya, kebijakannya, ide-idenya
serta
hal- hal yang lainnya, masih
akan
tetap
hidup
dalam
suatu
kumpulan
manusia yang pernah
dipimpinnya, dunia akan menyiapkan calon-calon pemimpin baru yang
lebih
hebat
darinya.
Karna sejatinya manusia akan terus beregenerasi dengan wujud serta pemikiran
yang berbeda dan terus maju.
Oleh: M. Faisol Ridwan
Comments