Dosen Gaib, Ada Tapi Dimana?


“Maaf mas saya sedang ada rapat hari ini kuliahnya kosong, absen saja ya” Sebuah pesan singkat dari dosen untuk menggambarkan bahwa hari ini ia tidak masuk kelas lagi.

“Alhamdullilah”

“Ayok ngopi-ngopi”

Muleh ae!”  Beberapa ungkapan hujatan, syukur, dan pasrah dari mahasiswa ketika kuliah mendadak kosong.

Begitulah intruksi dosen saya di pagi ini. Lagi dan lagi harus pulang lebih awal dari biasanya. Hari ini alasan rapat, minggu kemarin alasan di luar kota, dua minggu yang lalu alasan sibuk ada tugas dan alasan tetek bengek lainnya. Hingga tiap minggu di pertemuan mata kuliah ini saya hanya ingin mempertayakan keniatan beberapa dosen model seperti ini dalam mengajar.

Ketika informasi ketidakhadiran menjadi riil keadaan kelas mendadak kacau. Apalagi ketika absensi dari tata usaha datang. Akhirnya sikut menyikut tidak bisa dihindarkan demi merebutkan absen hari ini. Hingga aksi sabotase bolpoin tak terelakan. Saya akhrinya hanya mundur untuk menunggu dan mengamankan dari masa yang berjejal berebut untuk absen. Melihat pemandangan tersebut saya memilih mundur beberapa langkah dari kumpulan masa ini. Seraya bergeming dalam hati.“Absen terus sampai sarjana! Hmmm”

Dengan perasaan berbunga-bunga gerombolan mahasiswa pulang ke habitatnya masing-masing. Ada yang langsung ke kandang untuk berhibernasi, duduk nongkrong di warung kopi pesan es teh sambil adu tanding main mobile legend. Alhamadullilah.

Mereka yang punya pacar, calon pacar, mantan, atau bahkan mantan calon pacar memanfaatkan waktu ini untuk ngluyur entah kemana. Beberapa jenis mahasiswa yang diberikan pencerahan oleh Tuhan memilih untuk belajar atau mengujungi perpustakaan. Subhanallah.

Begitulah para mahasiswa ini menyikapi bila jam kuliahnya kosong. Si mahasiswa juga senang-senang saja sementara si dosen bersikap merasa tak berdosa bersikap lalai, lupa, atau sok sibuk. Ini yang terjadi di kampus saya.

Tidak sedikit yang pilih menghujat model dosen seperti ini. Para penghujat mengklaim dirinya dirugikan oleh aktivitas perkuliahan yang kurang berfaedah seperti ini. Misal, datang absen dan pulang. “Kuliah mahal-mahal cuma absen tok,”  tutur salah teman saya dengan logat khas Surabayanya itu.

Berbeda lagi dengan kaum hawa yang harus persiapan mandi dua jam lebih awal untuk masuk kuliah. Seperti biasa proses mandinya memerlukan proses yang tidak singkat.  Entah apa yang dilakukan, saya sendiri kurang tahu hehehe. Ketika perkuliahan dikosongkan secara dadakan tentu kerugian bedak dan dandanan yang sudah dikenakan. “Alah rugi wedak ambi gincuku (Rugi bedak dan lipstick saya), seloroh Ijah yang namanya sedang saya samarkan.

Hingga ada saatnya saya untuk menemui orang yang memiliki kewenangan tentang masalah ini yaitu wakil dekan, namun lagi-lagi kesibukan beliau yang sungguh luar biasa membuat saya pun malas untuk membicarakan hal ini. “Sedang sibuk mas orangnya, nanti saja ya,” kata bapak satpam yang berhati mulia itu.

Sebagai dosen ia sudah mulai pikun dengan tanggung jawabnya. Tapi saya yakin tidak lupa untuk mengambil gajian ditanggal muda. Sudah pikun tentang slogan agung Tri Dharma Perguruan Tinggi selain penelitian, pengabdian, juga harus melakukan pengajaran. Kalau maunya memang hanya mau sok sibuk jangan jadi dosen, jadilah anggota legislatif yang selalu rutin pesiar dan rapat di sana-sini.

Harusnya ada sebuah kebijakan tegas dari pimpinan mengenai hal ini. Saya rasa ini bukan sebuah rahasia tentang oknum dan model dosen yang jarang mengajar sepert ini. Perlu teguran, sanksi, atau mungkin pemecatan terhadap model dosen yang seperti ini.

Perlulah mungkin panggil ahli saraf dan tukang rukyah untuk memeriksa saraf dipikiranya dan mengusir hawa jahat yang menempel. Negara rugi saja memelihara oknum seperti ini di bayar gaji perbulan, di penuhi tunjanganya, dan keperluan lainya. Sedangkan etos mengajarnya rendah.

Ya.....sesibuk-sibuknya masa tidak bisa mengajar sekalipun dalam satu semester. Pak Jokowi saja masih bisa tuh blusukan kemana-mana eh. Maaf bukan maksud apa-apa cuma contoh kok hehehe.

Sebenarnya persoalan belajar bisa dilakukan dimana saja. Bahkan bisa dilakukan sendiri. Namun apakah alasan yang demikian dapat dijadikan alasan mangkir mengajar. Mungkin saja model dosen seperti ini ingin membranding dirinya menjadi dosen yang terkenal mangkir mengajar.

Kadang heran saja dengan dosen yang model tipe seperti ini. Semoga ia cepat disadarkan akal dan pikiranya. Tidak hanya sekedar makan gaji buta dan lalai kewajibanya. Jangan berlagak sok sibuk dan susah di cari untuk bertemu. Keadaan bisa berubah mungkin 7–10 tahun mahasiswa yang tidak pernah kau ajar ini bisa menampar dan menginjak kepalamu.

Karena memang ini bukan yang pertama kali. Sejak pertemuan pertama pun bahkan untuk membuat kontrak kuliah pun tidak. Untuk melihat ia berkeliaran di emperan fakultas pun tidak. Ini seperti dosen gaib. Ada namun tiada.

Hanya berharap semoga lekas sadar saja.

Oleh: Bingar Bimantara


Comments