VOICE - Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura (DPM FH UTM) sebelumnya adakan acara rapat ormawa dengan agenda Laporan Pertanggungjawaban Ormawa FH UTM pada Minggu, (17/11) batal. Lanjutnya DPM FH UTM hari Senin, (18/11) adakan Musyawarah Mahasiswa (MUSWA) FH UTM di Ruang Video Conference FH UTM.
Acara yang dijadwalkan pukul 13.00 WIB langsung penuh dan berjubel dari mahasiswa FH UTM. Kondisi ruangan yang sempit dan AC yang tidak berfungsi membuat peserta MUSWA yang membludak kurang nyaman. “Tempat MUSWA kurang representatif ruangan sangat kecil sedangkan peserta banyak, serta suhu ruang panas sehingga sangat tidak nyaman,” ujar Arif Raharjo salah satu peserta MUSWA.
Sempat terjadi ketegangan saat pembahasan tata tertib. Suasana memanas ketika forum menyepakati sistem voting tetap digunakan sebagai pilihan terakhir pengambilan keputusan dari pada menggunakan jalan musyawarah. Kondisi ini membuat semua ketua badan kelengkapan kecewa dan keluar dari MUSWA.
Zilda Khilmatus selaku Wakil Gubenur FH UTM mengungkapkan kekecewaan terhadap MUSWA tahun ini yang terkesan sangat mendadak. “Kami dari BEM dan teman-teman Badan Kelengkapan merasa sangat dirugikan dengan informasi dari undangan untuk MUSWA yang disampaikan kurang dari 24 jam sebelum MUSWA,” keluh mahasiswi semester tujuh tersebut.
Ia pula mempertanyakan kenetralan dari Presidium MUSWA dalam memimpin persidangan dan mempertanyakan manajemen organisasi dari DPM FH UTM tahun ini. “Kegiatan yang dilaksanakan terkesan buru-buru, padahal masih banyak ormawa yang masih on going menggarap program kerja,” tuturnya.
Pipin Ardiansyah selaku Ketua Umum UKM Komunitas Desah memilih keluar dari MUSWA. Ia menyayangkan ketika MUSWA ini tidak mencerminkan esensi musyawarah. “Banyak kejanggalan-kejanggalan pada MUSWA tadi, serta MUSWA sendiri jauh dari kata musyawarah mufakat,” tutur mahasiswa asli Jombang tersebut.
Musyawarah kali ini menurutnya tak ubah dari pertunjukan drama hiburan. “Boleh dikatakan yang siang tadi saya menyaksikan pertunjukan dagelan,” tambahnya Pipin.
Musyawarah kali ini menurutnya tak ubah dari pertunjukan drama hiburan. “Boleh dikatakan yang siang tadi saya menyaksikan pertunjukan dagelan,” tambahnya Pipin.
Perihal waktu MUSWA yang dilaksanakan pukul 13.00 WIB menjadi sebuah kendala mahasiswa untuk mengikuti kegiatan ini. Pukul 13.00 WIB adalah kondisi ketika mata kuliah sedang berlangsung dan menjadi dilema dan pertimbangan mahasiswa untuk mengikuti MUSWA. “Sangat disayangkan ketika MUSWA ini diadakan jam segini, karena jam tersebut adalah jam aktif sehingga bila ingin mengikuti MUSWA terpaksa harus meninggalkan kuliah,” tutur Lutfi Susila Adi Irawan mahasiswa semester satu.
Sementara Nova Zakky Abdullah salah satu peserta MUSWA berpendapat bila jalannya MUSWA FH tahun ini baik dan kondusif. Namun terdapat beberapa catatan yang diperhatikan. Pertama, diperlukan komunikasi yang intensif antara Badan Kelengkapan FH UTM perihal laporan pertanggungjawabannya. Kedua, seharusnya publikasi terkait pelaksanaan MUSWA FH dari pihak DPM FH jauh-jauh hari untuk meminimalisir kesan curiga satu sama lain. “Perlu ada komunikasi yang baik dari Badan Kelengkapan FH agar tidak terjadi miss komunikasi satu sama lain, serta publikasi harus jauh-jauh hari agar tidak saling curiga dengan ditunggangi oleh kepentingan kelompok tertentu,” ungkap Nova.
Nova mengharapkan agar ke depan DPM FH benar-benar mewakili kepentingan mahasiswa FH UTM bukan berdasarkan kepentingan pribadi atau golongan. “Semoga DPM FH ke depan mewakili kepentingan mahasiswa FH UTM, bukan kepentingan golongan tertentu,” tutupnya. (bg/st)
Comments