Judul Buku : The Silent Patient
Penulis : Alex Michaelides
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan Pertama, 2019
Tebal Buku : 400 Halaman
ISBN : 9786020633909
“Kami terdorong menekuni profesi unik ini (psioterapis) karena diri sendiri yang rusak, kami pelajari psikologi untuk menyembuhkan diri sendiri”- hlm. 25
Suatu malam, terdengan bunyi tembakan dari rumah pasangan Gabriel dan Alicia Berenson. Ketika polisi masuk, sang suami ditemukan tewas tertembak lima kali di batang tengkoraknya dengan tubuh terikat di kursi. Alicia dengan wajahnya yang kaku berdiri didepannya dengan senjata api yang tergeletak di lantai.
Selama enam tahun Alicia membisu tak menjawab satu pertanyaan pun. Saat ditahan, ia bungkam tidak menyangkal atau mengaku, tetap diam ketika dituduh membunuh Gabriel. Publik menilai Alicia sebagai pembuhuh berdarah dingin atau penderita gangguan jiwa, tapi tidak sedikit yang meyakini bahwa Alicia tidak bersalah. Imajinasi publik semakin menjadi ketika mengetahui Alicia seorang pelukis terkenal, nilai harga seninya meroket tinggi ketika mata dan telinga publik dikejutkan dengan aksi pembuhuhan itu. Hingga akhirnya Pengadilan memutus ia gila dan dibawa ke Unit Forensik The Groove London.
Novel Psycological Triller ini hanya memiliki satu sudut pandang, karena yang bercerita hanyalah Theo Faber, seorang psikoterapis kriminal yang telah lama menunggu kesempatan untuk bekerja dengan Alicia sebagai objeknya. Theo terus terobsesi dengan kasus Alicia, dirinya ingin agar Alicia bisa berbicara dan mendapatkan hidupnya kembali.
Cerita dalam novel ini juga disuguhkan dengan buku harian yang didalamnya berbicara betapa baik suami dan bagaimana Alicia sangat mencintainya. Namun mengapa Alicia membunuh Gabriel? Dengan disandingkannya cerita Theo dan buku harian Alicia, memberikan kesan saling melengkapi dan memberikan gambaran mengapa Alicia menjadi The Silent Patient.
Buku harian Alicia dikisahkan bahagia, namun memiliki kisah gelap dan depresi. Ditambah dengan gaya bercerita Theo yang sama depresinya saat menyangkut masa lalu, juga kisah dengan istrinya yang sama kelamnya dengan Alicia.
“Seiring waktu, kau akan kehilangan kontak dengan asal-muasal traumamu, menjauhkan akar-akar peyebabnya, lalu melupakannya. Tapi suatu hari, semua luka dan amarah akan meledak, seperti api dari perut naga” - hlm.315
Pelukis itu tetap membisu, tetapi menyatakan suatu hal dengan lukisan potret tubuh. Ia memberi judul di sudut kiri bawah kanvas dengan huruf Yunani berwarna biru terang. Lukisan itu memiliki judul “Alcestis” dengan potret tatapan yang tajam, menusuk. Lukisan yang digambar setelah membunuh suaminya.
Alcestis ialah seorang seorang putri dalam mitologi Yunani yang sangat mencintai suaminya, sang putri rela berkorban dan mati demi suaminya, kemudian bangkit dari kematian, lalu tidak berbicara lagi. Kisah Alcestis ini sesungguhnya sudah mencakup seluruh cerita dari Alicia yang bungkam, dan kisah perkawinannya.
Novel ini dikemas dengan berbagai macam kombinasi bidang, juga sisi. Mulai dari kisah mitologi Yunani, psikologi, misteri, kriminal dan investigasi dari seorang psikoterapis. Sehingga tak jarang Alex disepanjang jalan cerita menambahkan psikonalisisnya dengan adanya terapi-terapi yang juga ia tuliskan pada Alicia.
Twist yang disuguhkan dalam novel ini ialah kejutan yang menyenangkan dan tak terduga. Itulah twist yang biasanya disajikan dalam novel yang bergenre Psycological Triller. Pembaca akan menerka-nerka bagaimana akan akhir dari pelukis bisu ini. Kejanggalan-kejanggalan juga akan menjadi tambahan konfik didalamnya, sehingga kejanggalan ini akan memutar logika para pembaca. Satu potongan puzzel dalam awal cerita akan menjadi pelengkap dalam kejutan diakhir.
Semua tokoh akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan apa yang telah mereka perbuat, baik itu baik atau buruk sekalipun. Sehingga satu inti yang dapat ditangkap dalam novel ini ialah ketidaksetabilan mental dari para tokoh yang sudah menuju psychopath dan trauma psikis masa lalu serta disfungsi rumah tangga dan keluarga.
Oleh: Erika Juliatin
Tags
Resensi