The Memory Police

Judul : The Memory Police
Penulis : Yōko Ogawa
Penerbit : Kodansha
Tanggal liris : 26 Januari 1994
Jumlah halaman : 411 halaman

Sebuah novel yang menghipnotis, lembut, yang dimulai dengan distopia keadaan pengawasan, dan berakhir sebagai sesuatu yang lebih eksistensial menghantui pada perasaan diri kita jika berada di masa itu. 

Bercerita dimana terletak sebuah pulau yang tidak disebutkan nama pulaunya, dimana semua benda secara bergilir 'menghilang', baik secara fisik maupun dalam benak orang-orang pun juga ikutan hilang. Contohnya seperti suatu hari burung menghilang. Keesokan harinya bunga, perahu, topi, pita, hal-hal yang tampak sepele itu menghilang dan terlupakan oleh warga sana.

Tetapi ada orang-orang yang tidak lupa, entah kenapa. Dan disinilah tugas Polisi untuk mengatasi orang-orang seperti ini. Karena siapa pun yang berani menyimpan barang yang hilang itu, nyawa orang tersebut berada dalam bahaya. Mereka yang benar-benar mengingatnya berada dalam bahaya yang lebih besar.

Karena orang-orang tidak hanya kehilangan benda ketika barang hilang. Dengan setiap item yang hilang, dibarengi kehilangan ingatan. Dengan demikian, hati, jiwa, dan diri mereka menderita kerugian yang tidak dapat dipulihkan.

Kemudian ada seorang penulis muda memiliki seorang editor, dimana editornya ini mengetahui salah satu warga dari pulau tersebut yang ingat dengan benda-benda yang menghilang secara misterius, dia bertekad untuk melindunginya dengan menyembunyikannya di ruang rahasia di rumahnya. Karena wanita muda itu khawatir segala sesuatu di pulau itu hilang tak masuk akal.

Apa yang terjadi selanjutnya pada pulau itu? Apakah penulis ini bisa menuntas kasus yang terdengar sangat jangkal ini? Apa hubungan polisi dalam kejadian ini? Semua akan terkuak lebih jelas di dalam novelnya.

Novel ini dibuat dengan cekatan, menggambarkan cakar totalitarianisme yang tidak manusiawi. Ada ketegangan diam yang mengintai tiap halaman-halaman novel. Ketakutan, claustrophobia dan perjuangan terasa nyata. Yōko Ogawa membawa unsur yang seharusnya tidak ia bahas. Bergerak lebih jauh, melewati politik, dan ke dalam lingkup universal yang lebih besar.

Dalam penulisannya Yōko Ogawa menuangkan prosa yang kelihatan datar dan sederhana. Tetapi dengan alur yang sangat sulit untuk dipecahkan. Dimana para pembaca harus berpikir banyak mengenai setiap kasus yang terjadi. Yōko Ogawa menjelaskan aspek politik yang sangat relevan didunia saat ini, dimana suatu berita kemarin bisa langsung tertelan dalam kemunafikan untuk keesokan harinya.

Ada pelajaran disini untuk mereka yang terjebak dalam masa buruk, ketika kondisi politik memburuk dan kehidupan menjadi serangkaian perhitungan putus asa. Siapa yang harus dipercaya? Kapan harus bicara? Bagaimana cara eksis, terutama bagi mereka yang tahu bahwa mereka tidak akan hidup lebih lama untuk mengenang memorinya? Mengingatkan kita pada setiap orang yang dipaksa untuk menyerahkan harta, ingatan, nama, bahasa dan kata-kata sebelum mereka sendiri dihancurkan.

Yōko Ogawa memiliki tantangan lebih lanjut dalam berkarya. Novelnya tidak dapat mengingat hal-hal yang hilang, dan hambatan ini membuat bahasanya tertutup, perasaan yang hampir transparan. Betapa tipisnya tulisan itu kadang tampak, meski tetap pasti dan lancar. Ketika kerugian menumpuk dan ia menginternalisasi cara kerja didunia kejam ini, prosa bersahaja Yōko Ogawa berhasil menghasilkan kekuatan polifonik.

Seorang pembaca mungkin merasa perlu menafsirkannya semata-mata sebagai novel politik. Meski begitu, buku itu juga membaca secara akurat dan penuh semangat, sebagai meditasi mendalam tentang kematian.  Hal-hal yang dulu membawa kesenangan tidak lagi menggerakkan kita. Apa yang harus dilakukan, bagaimana caranya menolak, bagaimana ikut belasungkawa dalam berkabung? 

The Memory Police adalah sebuah mahakarya: kolam yang dalam yang bisa dialami sebagai peringatan dan penerangan. Ini adalah novel yang membuat kita melihat secara berbeda, membuka ide-idenya dengan cara yang tidak mencolok, mengetahui bahwa semua momen terberat dalam hidup pasti akan cepat berlalu baik dalam hal politik berhubungan dengan manusia semua permasalahan itu pasti akan terpecahkan. 

Yōko Ogawa menemukan sesuatu yang nyata dalam novelnya, kita selalu diingatkan untuk terus menulis dan menulis untuk mengingat, untuk memastikan kelangsungan hidup kebenaran.

Oleh: Citra Tri Puteri

Comments