Penulis : Minato Kanae
Penerbit : Penerbit Haru
Cetakan : Pertama, Agustus 2019
Halaman : 304 Halaman
ISBN. : 978-602-53858-8-9
“Saat aku membuka mataku pada pagi hari, pertama, aku menangis karena hari ini aku masih hidup”
Cerita dalam buku J-Lit (Japanese Literature) ini dibuka dengan cerita penutup tahun ajaran sekolah oleh salah satu guru wali kelas SMP di Jepang yaitu Moriguchi Yuko di kelasnya, sekaligus untuk pamit kepada anak didiknya yang mana ia tidak akan mengajar lagi disana.
Moriguchi mulai bercerita dari kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di Jepang, dilakukan oleh anak dibawah umur yang diberitakan secara besar-besaran. Seraya ia berkisah, ceritanya merujuk pada korelasi kematian anaknya sendiri yaitu Manami yang dilakukan oleh anak didiknya. Bocoran tentang pembalasan dendam pun diikutsertakan didalamnya. Pesan yang disampaikan dalam pertemuan terakhir itu mengubah pandangan semua anak didiknya tentang dua teman sekelas mereka.
Sementara Moriguchi bercerita, semua anak didiknya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Memang tak ada yang mendengarkan, namun tidak disangka secara langsung semua mata tertuju padanya ketika guru perempuan itu mengumumkan pengunduran dirinya karena kematian Manami yang tidak wajar, tenggelam di kolam renang sekolahnya.
Dalam penyidikan, polisi menyatakan kasus Manami hanya kecelakaan belaka. Manami tercebur ke dalam kolam renang dan kehabisan nafas lalu meninggal. Namun fakta lain ditemukan oleh Moriguchi yaitu sang ibu, ternyata anaknya, Manami dibunuh oleh dua anak didiknya.
Hanya perlu menunggu waktu, siapa lagi yang akan dibunuh oleh dua anak didiknya itu. Bagai api yang membakar tubuh, suasana kelas berubah menjadi serius dan tegang mendengarkan pengakuan Moriguchi di depan kelas.
Novel yang hanya terdiri dari 6 bab ini, mengambil sudut pandang dari berbagai tokoh yang ada, mulai dari Moriguchi, kedua murid yang membunuh dan tokoh lainnya. Minato Kanae menuliskan cerita fiksinya dalam berbagai sudut pandang agar pembaca sadar bahwa akan ada banyak lapisan karakter yang memiliki versi berbeda dalam menyikapi dan merespon yang diterima dari bayak pihak karena pembunuhan yang dilakukan maupun aksi balas dari Moriguchi.
Pembaca akan dikejutkan mana yang benar dan mana yang salah. Bahwa dua anak pembunuh tersebut bukan hanya tersangka namun juga korban balas dendam Moriguchi dengan cara yang tidak lazim sehingga menjadikan kehidupan dua bocah itu semakin memburuk. Pola pikir pembaca akan didorong untuk lebih terbuka bawa kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa.
Sebagai penarik pembaca, Kanae membuat setiap tokoh dalam mempermainkan karakternya cepat berkembang, peningkatan perubahan sikap dalam menghadapi setiap alur cerita, serta pemikiran yang menyimpang dan gelap dari kehidupan yang biasanya membuat pembaca mempertanyakan segala hal yang akan terjadi selanjutnya, juga untuk mengingat peristiwa yang terjadi dilingkungan terdekat. Ditambahnya pula cerita mengenai ilmu kimia, biologi, elekronika pun disajikan sebagai bumbunya.
Bisa saja kejadian semacam buku ini terjadi secara nyata. Kondisi tokoh yang dimainkan sangat kental akan kehidupan sehari-hari. Bagaimana pembunuhan yang dilakukan oleh anak dibawah umur karena penasaran akan alat yang dibuatnya serta rasa kesal yang berujung hilangnya nyawa. Juga bagaimana pembunuhan yang dilakukan tersebut mendapatkan sorotan dari publik, walaupun memang ada batasan yaitu tanpa menyebutkan identitas tersangka.
Kemudian, Pertanyaan yang timbul ialah bagaimana suatu kecenderungan terhadap sesuatu hal dapat menimbulkan gagasan tindak kriminal dalam benak seorang anak? Apakah karena kehidupan yang terlalu buruk, atau kehidupan yang terlalu sempurna dan banyaknya tuntutan dari orang tua?
Sebenarnya Confession hanya berkisah pada suatu kelas di SMP saja, namun semakin mengikuti alur dan twist yang diciptakan Kanae, pembaca akan menyadari bahwa cemooh dan tindakan kekerasan dalam lingkup siswa SMP pasti akan terjadi ketika satu tindakan salah dan menyimpang dilakukan. Sehingga memberikan kesan yang dalam dan berat, salah satunya topik yang membahas kekerasan yang berujung perisakan.
Salah satu penunjang terjadinya tindakan diluar batas seorang anak ialah keluarga yang tidak harmonis atau para orang tua yang selalu menuntut anak-anaknya menjadi kemauannya sendiri. Dalam hal ini Confession sangat lekat akan kehidupan masyarakat yang unfungsional.
“Dia pembunuh berdarah dingin dan orang tuanya harus bertanggung jawab karena tidak mendidik dia dengan benar.”
Oleh: Erika Juliatin
Comments