Eksploitasi Pemuas Nafsu Makan Manusia



Apakah anda pernah makan bakso, telur gulung, atau mie ayam? Bakso sendiri biasanya terbuat dari olahan daging sapi atau ayam. Walaupun ada banyak desas-desus bakso yang terbuat dari daging tikus dan daging-daging lainnya, saya tidak sedang membahas hal tersebut.

Berikutnya adalah telur gulung, ia sejenis makanan yang banyak beredar di sekitaran jalan kampus saya. Bahanya terdiri mie bihun, telur puyuh atau sosis, dan ada telur ayam sebagai balutan lembutnya. Sedangkan mie ayam ada taburan daging yang terbuat dari daging ayam yang diolah sedemikian rupa.

Perjalanan manusia di bumi sangat panjang. Perubahan manusia yang sebelumnya hidup secara "berburu dan meramu" berganti menjadi "bertani" menciptakan tatanan baru yang disebut Revolusi Pertanian. Setelah tahapan panjang Revolusi Pertanian babak awal dan mengalami perkembangan sangat signifikan sehingga timbulnya Revolusi Indrustri. Dengan adanya hal ini menghasilkan kombinasi yang belum pernah ada, energi yang murah dan bahan mentah yang melimpah.

Pada tahap ini lah bahwa manusia membuat semua tatanan menjadi skala industri dari semua sektor, termasuk ternak dan hewan bahan-bahan mentah yang digunakan untuk membuat bahan makanan yang saya jelaskan diatas. Sejak saat ini hewan ternak tidak lagi dipandang sebagai makhluk hidup yang bisa merasakan sakit, nyeri, dan rasa tidak nyaman. Melainkan semacam bagian dari barang-barang industri yang tengah di produksi.

Kini hewan ternak itu kerap diproduksi secara masal, macamnya seperti motor, mobil, pun makanan instan. Ternak-ternak tersebut dipelihara bukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya secara alami, melainkan diperlakukan dengan fasilitas-fasilitas bagai mesin pabrik yang telah distandarisasi sesuai dengan kebutuhan industri.

Bahkan ternak tersebut dijaga, dirawat, diberikan asupan makanan yang cukup dan bergizi bukan karena pemiliknya menaruh sayang dan cinta terhadap ternaknya. Melainkan sebagai perhatian dalam bentuk ekonomi. Ada alasan untuk menjaga kualitas agar tetap untung dalam sebuah laba-laba perputaran ekonomi si juragan.

Kita bisa mengambil contoh beberapa misalnya saja ayam. Ayam secara alami hidup untuk merasakan dorongan untuk berjalan, melihat lingkungan, mencari makanan, berkembangbiak secara alami, dan mematuk-matuk makanan ditanah. Tak jarang ayam di kampung kita membuat sedikit geregetan, ia mematuk padi tetangga yang ditengah dijemur.

Namun peternakan ayam memperlakukan ayam dalam hal berbeda. Menempatkanya dalam sebuah kandang yang ukuranya sesuai dengan tubuhnya. Ayam peternakan mungkin saja mendapatkan asupan gizi, vaksin serta vitamin yang lebih dari ayam-ayam liar di hutan. Namun ia tidak bisa keluar berjalan ditanah. Ia tidak bisa mengepakan sayapnya, serta tidak bisa menetapkan di wilayah kekuasaan. Ayam-ayam ini hanya terkurung dalam kandang sempit. Yang dinanti hidupnya agar setiap hari bertelur atau menunggu waktu penjagalan tiba.

Mungkin miris saja ketika penetasan komersial meletakan anak-anak ayam dalam ban berjalan. Anak ayam jantan dan betina dipisahkan dengan ayam yang menetas dalam keadaan cacat. Anak yang cacat kemudian akan bunuh dalam kamar gas, dijatuhkan dalam pencincang otomatis, atau dilemparkan saja ke tempat sampah. Dimana ayam-ayam ini akan tergencet sampai mati. Ratusan anak-anak ayam ini mati setiap tahun dalam penetasan komersial.

Berikutnya sapi. Sepanjang hidupnya ia hanya ada dalam kandang sempit. Tidur dalam keadaan yang berdekatan dengan bau pesing kencingnya dan tahinya. Ia hanya berdiri, duduk, kencing, berak dalam kolom yang kecil tersebut. Apakah sapi ini tidak diperhatikan? Tentunya diperhatikan. Ia diberi makanan bergizi, suplemen, hormon, dan vitamin yang terbaik. Namun sekali lagi bukan bentuk dari belas kasih sayang manusia melainkan berharap pada hasil susu dan daging dari sapi tersebut.

Tidak berhenti disitu, sapi-sapi ini terus dipelihara dan melahirkan sapi-sapi penerus. Anaknya akan dipisahkan dengan induknya dan induknya akan dibuat hamil lagi dan diambil susu atau dagingnya. Semua perputaran akan seperti itu. Apakah sapi itu disiksa? Tentu tidak secara fisik, namun secara psikologis kita (manusia) pelaku industri peternakan telah merebut siklus alami mereka. Dengan kata lain mereka sangat menderita.

Apakah kita harus menyalahkan pelaku industri tersebut? Tentu kita tidak bisa semunafik itu, sebab saya dan anda mungkin hari ini atau tempo lalu telah makan ayam, atau olahan daging sapi yang lezat di meja makan kita. Pelaku industri mungkin tidak merasa kasian terhadap ternaknya. Namun ia sukses menjadi aktor pemuas nafsu makan kita dalam memperoleh berbagai sumber energi dari ternak-ternak tersebut.

Oleh: Bingar Bimantara

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post