KUCARI-CARI
*kau yang seperti biasanya
Kuterka gerimis
Yang berlangsung sederhana
Sedikit lupa, bau-bau
Tanah yang menggetarkan tik-tok jam
Yang sesekali mengantarkan
Mimpi ke dalam lelapmu
: Dimana kau?
Sehabis mereda
Sia-sia.
2020
___________________________________________________
ARLOJI
Kau mengabut
Sementara arloji
Sudah lupa dengan waktu
Jarum-jarum patah
Tak terkirakan jumlahnya
Di huyung pangkuanmu
Dan di sini masih bisu
: Sudah terlanjur mencintaimu, sayang.
2020
___________________________________________________
PERCAKAPAN DENGAN CERMIN
Jika kau menjadi cermin
Bolehkah aku memandangmu?
Jika aku di hadapanmu
Sudikah kau menjelma diriku, sayang?
Jika bukan kau, apa aku tak boleh menjelma yang lain?
Dan jika kau menjadi yang lain, adakah kau berikan nyawa hanya untukku seorang?
Jika nyawa sudah kuberikan untukmu?
Maka semua yang di hadapanmu hanya semu
Lantas kau bagaimana?
Bukankah kau sudah rela memberi nyawa padaku?
Oh, iya
Aku sungguh-sungguh, sayang.
2020
___________________________________________________
BISIK DAUN
Sehabis badai hujan
Semalaman yang menggugurkan
Dedaunan di pinggiran hutan
Di pedesaan
Daun-daun saling berbisik
: Husss ... Diam dulu!
Jangan kau pungut aku
Sebentar, belum habis
Sudah kupandangi kekasihku
Tunggu!
2020
___________________________________________________
RESAH WAKTU
Resah waktumu
Dalam rindu yang purba: hujan deras
Mengguyur kepala, air yang mengalir ke
Selokan-selokan, arloji yang mengabur di
Lingkar tangan, satu patah dua patah kata
Yang masih bisu
Sehabis langkah kaki: hening
Siapa gerangan? Belum sempat
Kau berkunjung
Resah waktumu
:
Lika-liku itu.
2020
___________________________________________________
Oleh: Mohammad Jumhari
*kau yang seperti biasanya
Kuterka gerimis
Yang berlangsung sederhana
Sedikit lupa, bau-bau
Tanah yang menggetarkan tik-tok jam
Yang sesekali mengantarkan
Mimpi ke dalam lelapmu
: Dimana kau?
Sehabis mereda
Sia-sia.
2020
___________________________________________________
ARLOJI
Kau mengabut
Sementara arloji
Sudah lupa dengan waktu
Jarum-jarum patah
Tak terkirakan jumlahnya
Di huyung pangkuanmu
Dan di sini masih bisu
: Sudah terlanjur mencintaimu, sayang.
2020
___________________________________________________
PERCAKAPAN DENGAN CERMIN
Jika kau menjadi cermin
Bolehkah aku memandangmu?
Jika aku di hadapanmu
Sudikah kau menjelma diriku, sayang?
Jika bukan kau, apa aku tak boleh menjelma yang lain?
Dan jika kau menjadi yang lain, adakah kau berikan nyawa hanya untukku seorang?
Jika nyawa sudah kuberikan untukmu?
Maka semua yang di hadapanmu hanya semu
Lantas kau bagaimana?
Bukankah kau sudah rela memberi nyawa padaku?
Oh, iya
Aku sungguh-sungguh, sayang.
2020
___________________________________________________
BISIK DAUN
Sehabis badai hujan
Semalaman yang menggugurkan
Dedaunan di pinggiran hutan
Di pedesaan
Daun-daun saling berbisik
: Husss ... Diam dulu!
Jangan kau pungut aku
Sebentar, belum habis
Sudah kupandangi kekasihku
Tunggu!
2020
___________________________________________________
RESAH WAKTU
Resah waktumu
Dalam rindu yang purba: hujan deras
Mengguyur kepala, air yang mengalir ke
Selokan-selokan, arloji yang mengabur di
Lingkar tangan, satu patah dua patah kata
Yang masih bisu
Sehabis langkah kaki: hening
Siapa gerangan? Belum sempat
Kau berkunjung
Resah waktumu
:
Lika-liku itu.
2020
___________________________________________________
Oleh: Mohammad Jumhari
Comments