Kuntum-Kuntum Yang Melayu

Mengalunkan Sunyi

Embun subuh mulai menyetubuhi fajar
Kicauan burung gereja mengirimkan salam
Gigil yang menggigil pudar dalam selimut yang mulai melingkar

Gitar lusuh di bawah jendela menunggu untuk segera kau mainkan
Nada yang muncul dalam diam
membiarkan mimpi-mimpi tumbuh dalam sunyi
Yang bergerak merintih serupa denyut nadi.

2020
___________________________________________________

Selepas Malam

Hujan lagi
Dini hari kita masih di sana
Merayu bulan yang sedang terlelap
Bermimpi di atas Langit berbintang
Memetik gemerlapan
Di mataku kau tanamkan

Di sepanjang malam
Kita beradu pandang
Menenun selembar puisi
Untuk selepas pelukan
Bait demi bait tumbuh di ranting dan dahan
Sebelum bunga yang kau tanam gugur di pelataran

2020
___________________________________________________

Kemarau Malam Ini

Kulihat mentari menangis di sisi langit
Sedang bulan masih saja terasa menggigit
Mendiamkan puisi-puisi yang tenggelam di bawah denyut nadi
Bersama setangkai kata yang tumbuh di pelupuk matamu

Dedaunan kering berkoloni di sejengkal rasa
Hujan menafikan kemarau di dalam benakku yang mulai mengering
Seperti perjumpaan malam tadi
Dengan sebotol anggur yang tumpah di meja bercampur air mata
Dijilat sunyi yang sedang merindukan kata.

2020
___________________________________________________

Redup

Tak mudah melupakan hujan semalam
Ketika senja hampir malam dan secangkir ceritaku tetap hitam
Hujan itu menangis di dalam puisi-puisiku
Mencuri sekalimat rindu untukmu

Lampu di ujung jalan; meredup
Mimpi di dalam buku terjaga
Mengemis mata untuk memandangku
Yang sedang berdiri di ujung kata-kata.

2020

Comments