Suka-Suka Pembelajaran Daring


Bila anda seorang mahasiswa/i, penulis minta haraplah bersabar. Tidak mengumpat kepada beberapa dosenmu tentang perkuliahan daring yang diselenggarakan. Mengutuknya dengan berbagai mantra juga bukan solusi cerdas. Penulis dapat memahami bagaimana paket data yang habis terlalu cepat. Ditambah tugas kuliah yang tak bersahabat. 

Semua aktivitas harus lockdown, namun mahasiswa sudah down, dan dengan enteng tugas kita harus segera done. Kalau dikatakan dalam istilah bahasa Jawa, mahasiswa nampaknya sudah klenger (lemas). Apalagi saat melihat dompet yang kian menipis, sebab kampus tidak mau tahu bahwa apapun yang terjadi mahasiswa dituntut harus tetap online.

Apapun yang tengah terjadi, dalam kondisi pageblug saat ini, menghakimi dan menyalahkan dosen, dekan, sampai Bapak menteri sekalipun bukan cerminan mahasiswa yang berintegeritas, katanya. Ya, setidaknya kita bisa mengambil beberapa hikmah dari perkuliahan daring yang tidak pernah kita sadari ini. Coba renungilah.


Tak Harus Mandi Untuk Bisa Masuk Kuliah

Mungkin beberapa diantara Anda mengatakan bahwa "Saya kuliah juga tidak pernah mandi." Namun pernahkah Anda bertanya aroma yang menyengat keluar dari tubuh Anda kepada orang di sekeliling Anda (?). Oleh karena itu, metode perkuliahan dengan menggunakan video conference ini membuat Anda tidak perlu repot-repot mandi. 

Tidak ada orang lain yang perlu disungkani dengan wajah bangun tidur Anda, beberapa bekas aliran liur di sekitar mulut, atau bahkan aroma khas bau badan Anda. Tentu teman-teman dan dosen Anda sendiri tidak akan melihat dengan jelas apakah Anda sudah mandi atau belum. Barangkali cukup bersisir atau sekedar cuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk, membuat Anda terlihat siap mengikuti perkuliahan daring saat jam perkuliahan dimulai.

Hemat Kosmetik, Parfum, Minyak Rambut, dan Aneka Perkakas Lainnya.

Datang ke kampus dan duduk di kelas tentu merupakan keharusan. Namun tentu ada berbagai misi yang Anda miliki, sebab setiap orang memiliki jalan ninjanya masing-masing. Mungkin Anda ingin bertemu dengan pacar, calon pacar, atau sekedar mengawasi mantan atau melihat kakak/adik tingkat idola. Tentu minimal harus mandi.

Bagi perempuan beberapa olesan gincu, maskara, dan taburan bedak adalah hal wajib sebagai daya tarik lawan jenis. Parfum mungkin sebuah tambahan baik pria atau perempuan untuk menyamarkan bau dari ketiak kalian yang kecut itu. Namun dalam perkuliahan daring hal itu tidak diperlukan lagi. Malahan dapat menghemat kosmetik, parfum, dan mungkin minyak rambut Anda. Cukup duduk dari rumah dan tidak perlu ke kampus secara langsung.

Kuliah Sambil Ngemil, Sekaligus Sambil Masak

Beberapa dosen melarang mahasiswa/i untuk makan saat di kelas. Bahkan bila ada yang ketahuan ngemil atau minum es, tentu harus siap dengan asas tutup pintu dari luar. Tidak adil bukan? Padahal mungkin saja saat di kelas kita sangat haus dan merasa lapar. Terlebih lagi jika mendekati waktu makan siang,  perkuliahan yang dilaksanakan teramat membosankan.
Beruntungnya saat perkuliahan dilaksanakan secara online. Kita bisa kuliah sambil makan dengan tenang, sesekali ngemil dengan beraneka macam snack yang tersedia, sembari menikmati perkuliahan dengan motode video conference atau diskusi online dalam grup kelas. Bahkan bila sudah mumpuni, bisa sambil masak di dapur bagi Anda mahasiswi yang sudah berkeluarga atau berniat membantu ibu Anda. 

Dosen Anda tentu tidak peduli, asal Anda masih tersambung dalam kelas daringnya. Lagi pula teman sekelas dan dosen Anda tidak akan mencium aroma tempe dan tahu yang tengah Anda goreng di dapur. 

Tidak Perlu Memakai Sepatu
Di kampus, penulis tidak menemukan aturan secara tertulis bahwa perkuliahan harus menggunakan sepatu. Namun bila kita berangkat kuliah dengan sandal jepit dan masuk kelas dengan percaya diri tinggi, mungkin dosen Anda tidak segan untuk langsung menendang Anda keluar. 

Patut bersyukur kalian yang mungkin memiliki otak-otak kekirian, penentang paham liberalisme dan tertanam jiwa-jiwa pemberontak. Impian Anda bisa terwujud saat kuliah online tanpa harus menggunakan sepatu. Dosen tidak peduli apakah Anda bersepatu atau tidak.

Akhirnya Kuliah Bisa Sambil Rebahan
Sebelum wabah Covid-19 merebak. Istilah kaum rebahan begitu negatif. Mereka diidentikkan dengan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang  kuliah pulang) yang malas berlama-lama di kampus. Jarang mengikuti kegiatan organisasi dan memilih untuk menikmati kehidupan di kamar kos atau rumah mereka. Namun saat ini mungkin mereka bisa dianggap pahlawan. Sebuah seruan dari pemerintah untuk tinggal di rumah dan tidak pergi berlama-lama di luar.
Kelak kita bisa bercerita dengan anak cucu. 

Tentang bagaimana bapak dan ibumu berjuang dengan keras melawan pageblug ini dengan cara rebahan. Cara untuk menyelamatkan manusia dan bumi dengan cara di rumah dan tidak pergi kemana pun. Ahli rebahan sudah sangat terampil dalam hal ini. Ia betah mengurung diri di kamar kos atau rumah hanya untuk tidur dan scroll media sosial, pun streaming film. 

Hal ini imbas dari model perkuliahan yang berganti secara daring. Tidak perlu duduk di kelas, cukup dengan tiduran, menyalakan paket data dan mengaktifkan aplikasi, sudah dikatakan hadir dalam perkuliahan. Demikian, mulai saat ini jangan meremehkan kaum rebahan. Anda bisa merasakan bahwa rebahan juga cukup melelahkan dan itu perlu sebuah usaha.
Dari sini kita menyadari bahwa manusia patutnya bersyukur atas diri sendiri. Menikmati proses alami bahwa bumi memang tengah melakukan seleksi alam dan persiapan kehidupan yang lebih baik. Kurang elok bila hanya menghakimi oknum birokrat yang sedang puyeng akibat Covid-19.

Saat inilah kita sebagai mahasiswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan belajar secara individu. Perbanyak baca buku menjadi alternatif dalam memperkaya pengetahuan. Tetap bersabar, bahwa memang kita tengah berada dalam fase yang seharusnya lebih mendekat kepada-Nya ang pemberi hidup. 


Oleh: Bingar Bimantara

Comments