Rasa Aku

MIMPIMU

Beristirahat sejenak wahai pena
Lalu jumpai besok problematika
Jangan selalu lukis duka cita 
Memang...
Terkadang, seperti yang dibayangkan dan nyatanya sangat istimewa 
Tapi, sekarang masih hujan
Hujan dari lara-lara yang meniti terlarang. 
Meskipun nalarmu belum ternoda, 
Percayalah... 
Tiada hasrat riang ingin menuai, terbawa arus dalam jalam pikirmu .
Aku khawatir.... 
Takutnya kau tersangkut setiap kali mengejarnya terlalu terjang.

___________________________________________________

SELANGKAH LAGI

Muslihat suara memang Indah 
Hingga membawaku ke puncak istimewa yang belum pernah aku rasa 
Sungguh manja nadanya
Terkadang membuatku tertidur pulas dalam petikmu
Merangsang nada cumbu dalam denyutnya
Nikmatku tiada hikmah 
Teruslah, bawa aku pelan-pelan hingga meliputi sama sempurna 
Aku tidak takut meski petikan nadamu pecah
Biarkan semua melihat nada campuran ini
Mereka akan juga menikmati.

___________________________________________________

MAAF

Seperti  rotasi bumi
Yang mencipta siang dan menggantinya dengan malam
Seimbangnya kehidupan, setelah kegelapan bertemu cahaya terang
Juga tentang pertemuan dan perpisahan.

Tersadar memang diriku tentang kesalahan
Tentang pendengaran yang kututup atas sebuah penjelasan
Tentang sebuah pandangan yang menjadi kabur akan kebenaran
Juga tentang pemikiranku yang terdoktrin omongan orang

Maaf
Untuk luka yang ku kesankan tercipta karena ulahmu
Maaf jika indraku sempat beku
Terhalang kasus rusaknya kepercayaan

Keluhku bukan lagi tentang kau yang pergi tanpa permisi
Meninggalkan sesak berkepanjangan
Menyisakan isakan di setiap pergantian siang dan malam
Namun, tentang diriku yang sempat memutuskan perpisahan
Dengan alasan yang tak disertai penjelasan

Seiring waktu, seirama berlanjutnya kehidupan
Diriku berjalan membawa keruhnya kerinduan yang terkekang egoisme
Jika saja takdir bisa kuubah
Jika saja waktu bisa kutunggangi
Akan kuhapus kejadian di masa  itu
Agar sesal tak menemaniku di masa ini

Namun waktu seperti biasa tak bisa kugenggam
Yang terlewati tak mampu kembali
Dan hari hanya terisi tentang isak dalam penyesalan.

___________________________________________________

RASA HUJAN
Rasa hujan sudah tak lagi sama
Dinginnya lembab dan berbau busuk dan menusuk
Petirnya menciprat kengerian di sela-sela jendela rumah
Anyir. Darahku berdesir sekeras hujan mengguyur malam.

Tik. Tik. Tik. Hilang
Gerimis itu telah berubah
Menjadi tetesan berujung tajam dan menyerang ketenangan
Deru bunyinya sudah tak bisa diprediksi.

Rasa hujan sudah tak lagi sama
Indah alunan gemericik
Berubah menjadi auman deru pilu

Lihatlah dunia itu
Lihatlah semesta ini
Sejauh hujan membasahi
Kau akan selalu menemukan yang lebih indah di luar sana

Lihat keadaan ini
Dimana aku hanya bisa mengadu
Pada percikan air hujan
Tentang sakit sesaknya tenggelam dalam kecemburuan

Secepat tetesan hujan
Sekeras deru gelombang
Detak jantungku mengencang
Semakin tak beraturan
Semakin rentan tentang kesakitan
Bahkan sekedar untuk memikirkan
Tentang sakit yang kau cipta setelah kepergian.

___________________________________________________

MASIH TERJAGA

Untuk peri kecil
Penjaga kegelapan
Terima kasih telah kau temani aku
Mengukir kisah malam yang keterlaluan

Gemericik gesek daun yang berisik
Semakin larut
Semakin berkabut
Semakin menakutkan

Waktu berdetak, beranjak, hidup?
Sang waktu menjauh
Meninggalkan sembab kelopak mata
Akibat pandangan yang tak terjeda

Hai peri kecil
Jarum waktu telah tak lagi menyatu
Pertanda satu hari telah berahir
Masihkah kau ingin aku terjaga?

Oleh: Jasilatul Khatimah

Comments