Pasangan Calon Nomor Dua: Perbedaan Yang Membuat Kita Satu Tujuan Untuk Menunjukan Wajah Asli Demokrasi
VOICE- Pada sabtu (16/12), Setelah usai dilaksanakannya Debat Kandidat Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo yang merupakan pentas politik yang menarik banyak atensi untuk mengawal penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Fakultas Hukum. Kami tim VoL mencoba untuk mewawancarai pasangan calon nomor urut 2, yakni Adam Maulana Yusup sebagai Calon Gubernur dan Peternus Martua Siahaan Lali sebagai Calon Wakil Gubernur.
Dari kami tim VoL menyiapkan beberapa pertanyaan pertama menanyakan terkait demokrasi dalam waktu beberapa tahun ini di Fakultas
Hukum ini tidak terlihat dan tidak berjalan baik dari sisi DPM maupun BEM, hingga akhirnya banyak mahasiswa beranggapan bahwa tidak ada demokrasi. “Jadi berbicara
terkait dengan demokrasi, sebenarnya kita berbicara soal kebebasan maksudnya
kebebasan berekspresi, berpartisipasi, dan kami tidak boleh malu menyampaikan
atau menyatakan bahwa memang wajah demokrasi baru terlihat pada tahun ini,
kenapa? karena yang terjadi pada lapangan orang hukum tahu bahwa empiris pada
lapangan telah hilang akibat adanya pengkotakan yang membuat hilangnya kebebasan
berekspresi, tidak ada kebebasan kita untuk berpartisipasi, kebebasan
mewujudkan wajah asli demokrasi itu tidak ada, dan ketika saya memberikan
anggapan bahwa demokrasi ada pada kali ini pada intinya saya memastikan bahwa
demokrasi akan ada ketika kami menjadi Gubenur dan Wakil Gubenur yang mana dilakukan dengan cara menunjukkan perbedaan yang ada di dikami. Dimana kami yang dari asal daerah berbeda, kami dari
agama yang berbeda dan kami bisa menunjukkan bahwa habis ini kita bebas untuk
berpartisipasi bersama itu adalah salah satu wujud atau wajah asli dari
demokrasi dan pada kesimpulannya perbedaan itu yang membuat kita menjadi kepada
satu tujuan” Ujar Peter sebagai cawagub dari paslon
nomor 2.
Ketika ditanya apa permasalahan yang sangat urgent di fakultas hukum atau yang akan paslon 2 atasin pertama kali ketika terpilih sebagai Gubenur dan Wakil Gubenur. “Saya mengambil contoh kasus VoL dimana sempat akan menerbitkan majalah, tetapi kami tidak memiliki anggaran dana sama sekali. Hal yang menjadi urgensi dari contoh yang saya angkat bahwa tidak ada komunikasi dari BEM sekalipun ketika VoL akan jatuh dan juga contohnya UKM DESAH yang hampir jatuh. Bahkan ketika kita tanya seni anak hukum orang bingung kenapa di hukum ada seni? mereka tidak melihat filosofis itu dan akan menjadi lebih baik apabila HMK Pidana, Pemerintahan, dan Bisnis bersatu maka akan menghasilkan ikatan alumni yang paham berbagai alur hukum. Saya pikir tujuan paling utama tugas dan wewenang BEM adalah mengkoordinasi ormawa dan lembaga yang ada di kampus, baru mencari tahu apa permasalahan yang ada di dalam mahasiswa sehingga kita dapat berkoordinasi dengan DPM itu menjadi lebih baik. Nah ketika kami yang terpilih, nantinya akan ada departemen khusus yang menangani masalah terkait dengan koordinasi setiap lembaga bahkan kami akan menempatkan masing-masing anggota BEM ke setiap lembaga untuk mencari tahu, meneliti, dan membantu apa yang kurang dan menjadi kendala. Sebab ketika satu organisasi itu jatuh maka mahasiswa akan jatuh disitu, satu organisasi jatuh maka seratus mahasiswa jatuh disitu.” Jelas Peter sebagai cawagub dari paslon nomor 2.
“Kami tegaskan kembali bahwa kami adalah wujud demokrasi yang sesungguhnya karena kami tidak memiliki latar belakang ormek sama sekali kami berdiri independent, kami menjaga mengusahakan mahasiswa fakultas hukum untuk mendapatkan kesamaan, kita semua fakultas hukum memiliki potensi yang sama, memiliki peluang yang sama dan memiliki hal tersebut untuk kita bersama selain itu juga kami berdua merupakan bukan asli orang jawa, bukan madura, bukan juga ada islam ada kristen disitulah merupakan ada wujud demokrasi kita, kami tidak mewakili kepentingan kami sendiri tetapi kita mewakili kepentingan mahasiswa untuk revolusi mahasiswa untuk lebih baik” Ujar Peter dengan tegas.
Kemudian terkait dengan aspirasi mahasiswa di FH yang saat ini cukup sulit untuk memberikan aspirasi karena dibungkam oleh kepentingan-kepentingan yang ada di kampus. “Yang turun pertama untuk permasalahan aspirasi adalah DPM bukan BEM, jadi DPM harus turun paling pertama jika kita melihat Undang-Undang, AD ART, dan GBHO DPM harus turun pertama untuk menyelesaikan masalah aspirasi tetapi jika tidak maka BEM akan turun tangan dan berkoordinasi dengan DPM, dan pada intinya BEM harus selalu berkoordinasi dengan DPM karena mereka lebih paham akan hal aspirasi, maka kami harus mengetahui hasil koordinasi BEM dengan DPM dan kami menyelesaikan permasalahan aspirasi dari mahasiswa dan kami tekankan lagi bahwa kami akan menerima dan memberikan kebebasan berekspresi kepada seluruh mahasisewa fakultas hukum. Tentu ini yang menjadi point paling vital untuk berkoordinasi dengan DPM.” Unjar Peter.
“Sebenarnya bukan tidak efektif namun penerapannya absensi online itu merupakan suatu langkah yang inovasi dapat memudahkan kinerja TU, memudahkan kinerja Dosen tapi kita perlu sosial kontrol disitu” Ungkap Adam ketika ditanya perihal absen online di FH yang membuat banyak mahasiswa mengeluh karena dianggap tidak efektif.
“Saya tidak ingin menjual identitas diri, mengkomersialkan sesuatu yang mungkin teman-teman tidak tahu ataupun teman - teman tahu, saya ingin berpolitik dengan baik. Dimana akan menghasilkan hukum yang baik, saya ingin teman - teman memilih saya karena kompetensi dalam diri saya jangan pilih saya karena kedekatan, politik, balas budi, kesepakatan, agama bahkan karena organisasi eksternal. Saya ingin teman-teman pilih saya karena potensi dalam diri saya dan jika saya tidak terpilih saya akan tetap berdinamika dengan orang itu dan siapapun itu terima kasih” Ujar Adam dan Peter ketika ditanya mengapa mereka harus terpilih. Mereka menjual potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka dan ingin para mahasiswa FH memilih sesuai apa yang mereka inginkan dan kompetisi yang ada di dalam diri Adam juga Peter.
Dari apa yang disampaikan oleh Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur nomor urut dua Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura bisa
disimpulkan bahwasanya mereka mempunyai argumen - argumen yang cukup menarik
untuk mahasiswa fakultas hukum terkait wujud demokrasi yang sebenarnya yakni dengan
mengesampingkan perbedaan yang ada demi terciptanya kebaikan dan kemajuan Fakultas
Hukum Universitas Trunojoyo Madura kedepannya.
Penulis: Resti dan Alif
Editor: Ratih
Comments