PEMBACAAN MAKLUMAT SEBAGAI BENTUK PERNYATAAN SIKAP CIVITAS AKADEMIKA UTM TERHADAP DEMOKRASI DI INDONESIA
VOL-Pada
hari Rabu (7/02) segenap civitas akademik Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
membacakan maklumat waneswati dari Madura untuk Indonesia di depan halaman
Rektorat UTM. Kegiatan pernyataan sikap ini sendiri diawali dengan pengibaran
bendara hitam sebagai simbol bentuk pernyataan sikap dari para civitas
akademika UTM yang prihatin terhadap kondisi hukum dan demokrasi yang sedang
terjadi di Indonesia.
Menurut
Helmy Boemiya selaku perwakilan dari Pusat Studi Pancasila dan Konstitusi UTM menyatakan
beberapa hal yang didasari dari perspektif pancasila. Sila pertama yang
berpandangan bahwa bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, para penyelenggara negara sudah sepatutnya menggerakan nilai- nilai
kredibitas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sila kedua, nilai-nilai
kemanusiaan sudah sepatutnya dilaksanakan oleh penyelenggara negara termasuk
dalam etika berpolitik kebangsaan. Sila ketiga, kami menyuarakan bahwa Pemilu
sejatinya adalah persatuan Indonesia bukan untuk memecah belah, sehingga perlu
keteladanan kepala negara dan ketua lembaga negara dalam posisi netral untuk
tidak memihak dan menyalahgunakan kewenangannya serta mengedepankan cita hukum
Indonesia. Sila keempat, kami berharap dalam Pemilu 2024 dapat mengembalikan
dalam nuansa yang penuh hikmah bukan mementingkan politik penguasa. Sila
kelima, bangsa yang utamanya pemerintah
harus dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kemudian
Helmy Boemiya juga berharap agar para pemimpin negara bertindak adil dalam
mengikuti Pemilu 2024, “kami berharap dan sudah sepatutnya pemimpin negara
bertindak adil dalam kontestasi Pemilu 2024. Dalam perfektif konsitusi UUD 1945
kekuasaan presiden sangat besar sesuai dengan Pasal 4 hingga 17 dan tidak
terlampau jelas kepala negara dan pemerintah juga tidak ada undang-undang
tentang kepresidenan. Oleh karenanya perlu dikedepankan Tap MPR Nomor 6 Tahun
2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Kepala negara harus
bertindak secara arif, bijaksana, dan mencerminkan negara sejati serta menjaga
dan menjalankan demokrasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. ” Jelasnya dalam
orasi pada hari ini.
Pada
kegiatan ini juga diadir oleh Anis Anwary selaku Presiden Mahasiswa sebagai perwakilan
mahasiswa, “kami berharap pemimpin negara sebagai garda terdepan dalam menjaga
keharmonisan di dalam bangsa Indonesia bukan membuat konflik di dalamnya dengan
bersikap adil.” Ungkapnya pada orasi hari ini. Mantan Presiden Mahasiswa BEM KM
Periode 2023, yakni Roby Gunawan juga mengungkapkan tujuan dari pernyatan sikap
ini untuk menyelamatkan dan mengkawal demokrasi di Indonesia sebagai wujud
bentuk cinta tanah air. “Pernyataan sikap ini bertujuan untuk menyelamatkan dan
mengkawal demokrasi di Indonesia dan pernyataan sikap ini murni sebagai bentuk
cinta kami kepada negeri dan murni agar para civitas akademik dapat
menjalanakan dan mengkawal demokrasi di Indonesia. Sebab saat ini telah terjadi
pelanggaran etik yang kerap terjadi, sehingga telah membuktikan bahwa kondisi
demokrasi kita sedang tercabik-cabik dan terobok-obok oleh politik kekuasaan. Dengan
adanya pernyataan sikap ini berharap agar bapak presiden dan pemimpin negara
untuk kembali berada di koridor demokrasi yang seharusnya dengan bersikap
netral.” Ungkap Roby Gunawan disertai harapannya agar para pemimpin negara
terus bersikap adil dan netral.
Surokim
Abdussalam selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan memberikan penjelasan bahwa
gerakan ini merupakan inisatif dari para elemen civitas akademika UTM yang
telah diketahui oleh para jajaran pemimpin UTM. Surokim juga mengungkapkan
bahwa gerakan ini murni sebagai gerakan moral dan bukan gerakan dukungan
paslon. “Sejak awal kami sudah mewanti-wanti bahwa gerakan ini sebagai gerakan
moral dan tidak partisipan sebagai dukung paslon-paslon tertentu. Gerakan ini
juga merupakan salah satu bentuk kebebasan pendapat di dalam kampus karena itu
inisiatif ini resmi dari civitas akademik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kajian-kajian yang telah dilakukan dan maklumat yang telah dibacakan tidak ada
kalimat yang memihak pada paslon tertentu.” Jelasnya ketika ditanyai terkait
isu yang beredar bahwa pernyatan sikap merupakan gerakan yang ditunggangi.
Surokim
juga mengungkapkan tidak menjadi masalah apabila kegiatan ini dianggap tidak
penting dan tidak bermakna, “apabila terdapat pihak-pihak yang mengatakan bahwa
kegiatan ini tak bermakna bagia kami tidak apa-apa yang tepenting masyarakat
kampus tetap bersuara bahwa jalannya demokrasi tetap harus dikawal, penting
untuk mengingatkan kepada semua pihak agar tetap netral. “ Jelas Surokim.
“Kegiatan
ini sendiri sudah direncanakan seminggu yang lalu sebelum kampus-kampus lain
mulai dan memang tidak ada kaitannya dengan pencoblosan Pemilu. Hanya saja
berhimpitan dengan waktu Pemilu 2024 yang akan dilakukan pada 14 Februari
nanti. Perlu ditegaskan bahwa UTM tidak partisipan atau sebagai pendukung
paslon tertentu tetapi sebagai gerakan moral.” Tegas Surokim bahwa gerakan
tidak memihak dan tidak ditunggangi oleh siapapun, hanya murni karena demokrasi
di Indonesia sedang tidak baik-baik saja, sehingga menurutnya perlu pengingat bahwa
penyelenggara dan pemimpin negara harus tetap netral.
Comments