DINASTI POLITIK MENGGURITA DI SENAYAN, APA SEBABNYA?

 

 



VOICE-Indonesia saat ini sedang menghadapi fenomena berat, yakni demokrasi yang terancam erosi pasca pemilihan umum 2024. Indonesia dihadapkan pada sebuah fenomena yang mengkhawatirkan, dimana sejumlah anggota dewan yang menduduki kursi DPR didominasi oleh mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dengan politisi senior semakin meningkat, fenomena dinasti politik yang kian menggurita di jantung kekuasaan legislatif kita bukan lagi hanya sekedar menjadi ancaman, akan tetapi telah menjadi kenyataan yang mengkhwatirkan. Dimana data yang dipaparkan oleh Forum Masyarakat Indonesia (Formappi) telah mengungkap fakta, bahwa sebanyak 79 dari 580 anggota parlemen memiliki hubungan kekerabatan dengan pejabat lainnya. Dalam hal ini dimungkinkan angka yang ada hanya sebagian kecil mengingat belum termasuk penelusuran lainnya terkait riwayat pekerjaan, keterlibatan proyek yang sama, ataupun hubungan kekerabatan yang lebih jauh.

Pakar Politik dan Demokrasi dari Fisipol UGM, Arga Pribadi Imawan, M.A. menyoroti bahwa situasi ini merupakan konsekuensi dari dominasi elit dalam keanggotaan partai politik, partai-partai besar, yang seharusnya menjadi corong aspirasi rakyat, namun justru menjadi sarang bagi mereka yang sudah berada dalam lingkaran kekuasaan, akibatnya pintu masuk bagi masyarakat biasa ke arena politik semakin sempit dan rumit. Dr. imawan telah mengidentifikasi terkait hal-hal yang menjadi penentu keberhasilan dalam kontestasi politik yakni meliputi Sosial, Politik, dan Ekonomi.

1.      Modal sosial : demokasi yang seharusnya mencerminkan kepercayaan dan dukungan masyarakat luas, kini lebih condong pada popularitas yang diwariskan. Misalnya seorang anak pejabat yang dengan mudahnya mewarisi basis dukungan yang melekat pada orang tuanya tanpa perlu membuktikan kualitas  pribadinya. Maka hal tersebut bukan hanya dapat merampas kesempatan bagi talenta-talenta baru, tetapi juga mengerdilkan esensi demokrasi itu sendiri.

2.      Modal Politik : demokrasi yang seharusnya dibangun melalui kiprah dan dedikasi terhadap Masyarakat, kini lebih banyak ditentukan oleh koneksi dan nepotisme. Partai politik yang seharusnya menjadi wadah kaderisasi yang sehat, kini sudah berubah menjadi dinasti-dinasti kecil dengan agenda untuk melindungi kepentingan pribadi. Akibatnya kebijakan yang dihasilkan cenderung menyimpang dan hanya sekedar melayani segelintir orang bukan masyarakat luas.

3.      Modal ekonomi : secara tidak langsung sudah menegaskan bahwa politik adalah permainan yang mahal,  dan dengan itu hanya bisa diakses oleh mereka yang berdompet tebal. Kampanye yang membutuhkan dana besar secara tidak langsung mendiskulifikasi calon-calon yang berpotensi namun dari kalangan bawah, sehingga hal tersebut membuat politik  menjadi arena elit.

Setelah kita mengetahui hal-hal diatas, kita harus bertanya , apakah demokrasi saat ini masih menjadi demokrasi yang kita cita-citakan? ataukah kita sedang menyaksikan perubahan demokrasi menjadi oligarki berkedok pemilihan umum?. Fenomena ini bukan hanya melemahkan kualitas demokrasi, akan tetapi juga berpotensi memelihara praktik korupsi dan nepotisme. Ketika kekuasaan hanya berputar diantara segelintir orang, maka pengawasan dan checks and balances yang menjadi inti dari sistem demokrasi akan melemah, pengawasan juga tidak akan bersifat objektif jika pengawas dan yang diawasi berasal dari lingkaran dan lingkup yang sama.

Dinasti politik memanglah bukan hal yang baru di Indonesia. Negara-negara besar seperti Amerika serikatpun tak lepas dari hal serupa, namun masih terletak perbedaan mendasar, dinegara dengan tradisi demokrasi yang lebih mapan, dinasti politik tetep harus melewati proses seleksi yang ketat dan pengawasan public yang sangat intens, berbanding terbalik dengan negara kita yang mana dinasti politik itu cenderung melemahkan proses demokrasi itu sendiri.

Demokrasi di Indonesia sedang berada dipersimpangan, disatu sisi, negara kita telah mengalami kemajuan yang signifikan sejak era reformasi, namun disisi lain ancaman dinasti politik yang menggurita ini bisa mengembalikan kita ke era politik tertutup yang kita kira telah ditinggalkan. DPR yang seharusnya menjadi simbol kedaulatan rakyat, kini berpotensi menjadi panggung sandiwara bagi segelintir orang dan kekuasaan yang sesungguhnya hanya tetap berputar di lingkaran sama.

Penulis: Salna25

 

Sumber : https://ugm.ac.id/id/berita/kata-pakar-ugm-soal-kuat-dinasti-politik-di-kursi-dpr-ri/

 

Comments